CATATAN
TERAKHIR
Oleh :
Very Aulia Rahman
( 29, X-9 )
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus
2010
Berawal
dari sebuah cerita dimana tinggal sebuah keluarga yang sangat bahagia dan
harmonis. Pagi itu seperti biasa Rini menyiapkan semua keperluan suaminya
sebelum berangkat ke kantor. Rini
memulai dengan memasak masakan kesukaan suaminya. Dengan senang ia melayani
suaminya tersebut sampai memakaikan jas dan dasi. Setiap waktu senyuman manis
selalu Rini berikan kepada suami tercintanya. Pagi itu mereka sarapan bersama
dan bersuka ria penuh canda dan tawa.
Jam
8 tepat, suaminya bergegas pergi ke kantor, sebut saja dia Tomy. Sebagai istri
yang baik Rini mengantarkan suaminya keluar menuju mobil. Disana sudah menunggu
sopir Tomy, yang akrab di panggil pak Mat. Tomy menyapa pak Mat dengan sopan
walaupun dilihat dari derajatnya Tomy adalah
bos, Sedangkan pak Mat cuma seorang sopir.
“pagi
pak,, kata Tomy saat menyapa pak Mat.
“pagi
den.. sudah siap berangkat ke kantor??”, jawab pak Mat sambil menanya balik.
“sudah
pak.. tunggu sebentar ya…. (Tomy berjalan menghampiri istrinya).
”
Sayang… aku berangkat dulu ya, baik-baik di rumah”, Ucap Tomy kepada istrinya.
Dengan
perasaan senang Rini menjawab, “mmm…iya, kamu juga hati-hati ya..”.
sebelum
Tomy meninggalkan istrinya, sebuah kecupan hangat mendarat di kening Rini. Rini
hanya tersenyum dan sangat senang sekali karena suaminya sangat sayang padanya.
Banyak tetangga mereka yang mengatakan bahwa Rini dan Tomy merupakan pasangan
yang serasi. Bagaimana tidak,,, Rini seorang gadis yang anggun dan cantik. Di
samping itu juga Rini sangat alim dan santun. Tidak pernah sekalipun Rini suka
kelayapan dan shopping di mall seperti teman-teman Rini yang kebanyakan suka
keluyuran dan cari sensasi duniawi. Sungguh sempurna, baik kecantikan dalam
maupun luarnya. Alangkah beruntungnya orang yang mendapatkan hati Rini. Pada
akhirnya hati Rini jatuh di pelukan Tomy, seorang pengusaha muda yang sukses
dan berparas tampan itu. Sungguh keadaan yang sangat di harapkan oleh semua
keluarga pada umumnya.
Di
saat mobil Tomy telah pergi menuju ke kantor, Rini pun masuk ke rumah dan
mengerjakan pekerjaan rumah layaknya seorang istri. Rumah mereka sangat besar
dan mewah, tetapi tidak ada satu pembantu di rumah itu yang membantu pekerjaan
rumah. Di rumah itu cuma ada seorang sopir dan tukang kebun. Rini lebih suka
mengerjakan semua pekerjaan rumah itu sendiri.
Permasalahan
bermulai saat mertua Rini yang merupakan ibu Tomy dari Bengkulu berkunjung ke
rumah Tomy di jalan Mangga Dua Jakarta Selatan.
“Ting-tong…
bel pintu berbunyi”.
Dengan
segera Rini menghampiri dan membuka pintu. Betapa kagetnya Rini setelah ia tahu
bahwa yang datang adalah ibu mertuanya. Dengan sedikit rasa takut, Rini menyapa
ibu mertuanya dengan santun dan mempersilahkan untuk masuk ke dalam.
“ada
angina pa bu, kok jauh-jauh dari Bengkulu datang kesini??”
“Rini
sangat senang dengan kunjungan ibu. Ibu datangnya dadak sekali jadi Rini belum
bisa nyiapin apa-apa nih buat ibu,, kata Rini sambil tersenyum”.
“tidak
usah!! Kamu tidak usah sok baik pada ibu. Tomy mana??”, Jawab ibu dengan nada
kasar sambil menanyakan keberadaan Tomy.
“Mas Tomy tadi baru saja berangkat ke kantor
bu”,, jawab Rini dengan hati-hati.
Rini
kemudian pamit kebelakang untuk membuatkan minum buat ibu mertuanya. Sementara
ibu mertuanya melihat-lihat keadaan rumah anaknya.
Saat
Rini datang dan menyuguhkan secangkir teh hangat, tiba-tiba dengan nada kasar
ibu berkata, “apa tidak ada pembantu?? Memang kamu sanggup mengerjakan
pekerjaan rumah sendiri dan melayani anak saya??”.
“Di rumah ini memang tidak ada pembantu bu,
biasanya saya yang mengerjakan pekerjaan rumah dan menyiapkan semua keperluan
mas Tomy”, jawab Rini.
Ibu
mertuanya kemudian mengambil telepon untuk memberi tahu Tomy kalau ia lagi di
Jakarta sekarang. Di sela-sela kesibukan Tomy di kantor, HP Tomy berbunyi. Ia
pun segera mengangkat HPnya dan memulai pembicaraan. Tomy kaget ternyata yang
menelpon itu ibunya.
“Lho…
ini ibu ya,, tumben ibu nelpon Tomy, ada apa ya bu??” Tanya Tomy.
“Iya
Tom, ini ibu. Begini.. ibu sekarang lagi di jakarta, ibu lagi di rumah kanu
ini. Tapi ibu malah tidak ketemu kamu, cepetan pulang ya.. ibu bosen nih di
rumah sepi, cuma ada istri kamu yang sok baik itu”, jawab ibu sesukanya.
“iya bu.. Tomy akan segera pulang”, saut Tomy
dengan nada rendah.
Tomy adalah anak yang penurut dan berbakti
pada orang tuanya. Jadi ia enggan menolak permintaan ibunya. Apalagi ibunya
jau-jauh datang dari Bengkulu cuma ingin bertemu Tomy. Tak lama kemudian Tomy
pun sampai di rumah dan cepat-cepat masuk dan bertemu ibunya.
“Sudah
lama nunggu ya bu”,, kata Tomy saat bertemu ibunya.
“Tidak
juga kok, ibu juga baru sampai sini”, balas ibu Tomy.
Mereka berdua pun mengobrol dengan asyik dan
saling menanyakan keadaan masing-masing. Sementara Rini sedang sibuk di dapur
menyiapkan masakan untuk makan siang nanti. Di tengah-tengah pembicaraan
mereka, ibu Tomy berkata ingin buru-buru punya cucu. Memang si, keluarga Tomy
memang harmonis. Tapi setelah 3 tahun menikah, mereka belum di karuniai seorang
anak. Tomy hanya tersenyum mendengar perkataan ibunya.
Pada
saat makan siang kekacauan terjadi, ibu Tomy mulai menunjukkan sifat aslinya
yang buruk. Ia memerintah dan membentak-bentak Rini padahal Rini tidak
melakukan kesalahan apa-apa. Memang dari dulu ibu Tomy tidak setuju atas
pernikahan mereka dikarenakan keluarga Rini tak sederajat dengan keluarga Tomy.
Rini terlahir dari keluarga yang pas-pasan. Mendapat perlakuan ibu terhadapnya,
Rini tidak kuat dan meneteskan air matanya kemudian berlari keatas menuju ke
kamarnya. Tomy juga tidak dapat berbuat banyak, melihat itu adalah ibu Tomy
sendiri.
“dasar
cengeng”,, umpat ibu kepada Rini.
Mereka
berdua kemudian melanjutkan makan siang yang sempat tertunda.
Malam
harinya, Tomy berbincang-bincang dengan Rini di dalam kamar dan meminta maaf
atas perlakuan ibu tadi siang. Dengan ikhlas Rini pun mau memaafkan ibu dan
tidak sedikitpun Rini menyimpan dendam pada ibu.
Rini
kemudian bertanya pada Tomy, “kenapa sikap ibu kepadaku seperti itu mas?? Apa
ibu tidak suka sama aku??” ucap Rini dengan nada sedih.
“Tidak
sayang.. mungkin ibu lagi banyak pikiran, jadi ibu tidak bisa ngontrol
emosinya”, jawab Tomy meyakinkan Rini.
“Tadi
juga ibu bilang ke aku, kalau ibu pengen cepet-cepet punya cucu”, sambung Tomy.
“Oh..
begitu ya mas”,, kata Rini dengan perasaan agak lega.
Malam
mulai larut, mereka mengakhiri perbincangan mereka dan tidur agar keesokan
harinya bisa segar kembali. Jam 1 malam tepat, Rini bangun dan menuju ke kamar
mandi ingin buang air kecil sekalian mengambil air wudlu untuk sholat tahajud.
Seketika itu disaat hendak buang air kecil, Rini merasakan sakit yang amat luar
biasa pada organ intimnya. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya
dikarenakan dia baru kali ini merasakan sakit yang sedemikian itu. Tak lama
kemudian rasa sakit itu pun hilang dengan sendirinya. Rini lalu mengambil air
wudlu utuk kemudian sholat tahajud. Biasanya Rini di bangunkan oleh Tomy untuk
sholat tahjud bersama, tapi malam ini tidak. Dengan pengertian Rini yang sudah
bangun terlebih dahulu membiarkan suaminya istirahat. Mungkin terlalu lelah
dengan kerjaan hari ini.
Dalam
doa’nya, Rini menyelipkan sebuah permintaan kepada ALLAH akan kebahagiaan
keluarga dan anak-anaknya kelak. Rini juga berdo’a meminta petunjuk dalam
menghadapi cobaan hidup ini, meminta agar ibu mertuanya dapat di bukakan
kembali pintu hidayahnya dan bersikap baik pada Rini. Tetes demi tetes air mata
berjatuhan mengiringi kesungguhan do’a yang di panjatkan oleh Rini. Seusai
sholat Rini kembali tidur di sebelah suaminya yang masih tertidur pulas.
Pagi
harinya setelah sholat subuh, Tomy bertanya kepada Rini.
“
sayang.. apakah tadi malam kamu bangun dan sholat??”.
Dengan
rendah hati Rini menjawab, “iya mas”, tadi malam aku bangun dan sholat”.
“Kenapa
kamu tidak membangunkan aku juga??”, saut Tomy.
“Mana
tega aku mengganggu suamiku di saat ia sedang pulas beristarahat?? Aku ingin
jadi isri yang patuh pada suami dan mengerti keadaan suaminya”, balas Rini.
Seketika
itu Tomy pun mendekap erat tubuh Rini. Tomy terharu dengan apa yang di ucap
oleh istrinya tadi. Suasana di kamar itu pun tersa sunyi dan haru. Di hari itu
juga, ibu Tomy memutuskan untuk kembali ke Bengkulu dikarenakan ada acara
keluarga disana. Sebelum meninggalkan rumah, ibu berpamitan kepada Tomy dan
berpesan agar kapan-kapan bisa berkunjung ke Bengkulu. Sikap yang lain di
tunjukkan ibu kepada Rini, ibu enggan berpamitan dan tidak berbicara sepatah
kata pun terhadap Rini. Dengan penuh kesabaran Rini memahami sifat ibu
mertuanya. Tak lama setelah berpamitan ibu Tomy pergi meninggalkan rumah Tomy.
Pagi
itu seperti biasa Tomy berangkat ke kantor. Istrinya dengan tekun menyiapkan
keperluan suaminya. Stelah Tomy berangkat ke kantor, tinggalah Rini seorang
diri di rumah. Rini memulai tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan
beres-beres dan membuat keadaan rumah menjadi bersih kembali. Di sela-sela
kerjanya Rini teringat akan rasa sakit yang ia alami pada saat buang air kecil
tadi malam.
”Apa
yang terjadi padaku??”, gumam Rini dalam hati.
Dengan
penuh penasaran Rini memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Jam 9 tepat
dengan pakaian tertutup dan tak lupa kerudung yang selalu Rini pakai ketika
bepergian, Rini beranjak keluar rumah untuk naik taxi menuju tempat sang dokter.
Di tengah perjalanan Rini sangat cemas, dia berpikir dan membayangkan apa yang
terjadi pada dirinya saat ini. Hampir setengah jam perjalanan, Rini telah
sampai di tempat praktek dokter Budi. Di sna Rini mulai menceritakan keluhan
yang di alaminya. Dokter Budi pun memeriksa keadaan Rini. Sesudahnya Rini di
periksa, Rini bertanya pada dokter Budi tentang apa yang terjadi padanya.
Dengan raut muka yang kurang menggembirakan, dokter Budi menceritakan penyakit
yang di alami oleh Rini. Betapa terkejutnya Rini setelah ia menengar perkataan
dokter.
“apa
dokter?? Saya menderita kanker rahim??”, Tanya Rini seakan tak percaya.
Dokter
Budi cuma menganggukkan kepala. Rini mulai menangis dan seakan-akan masih belum
percaya akan itu semua. Dokter Budi juga mengatakan bahwa Rini tidak akan bisa
hamil. Perlahan-lahan dengan penuh air mata yang menetes dari mata Rini, Rini
meninggalkan tempat dokter Budi dan bermaksud untuk pulang. Rini bingung,
apakah harus Rini cerita kepada suaminya tentang kabar buruk ini.
“Tidak!
Mas Tomy tidak boleh tahu tentang hal ini. Apa lagi ibu mas Tomy sangat
menginginkan sekali kehadiran seorang cucu. Aku tidak ingin menghancurkan
harapan mereka, biar aku sendiri yang menanggung beban ini”, kata Rini dalam
hati sambil terus menangis.
Pada
malam harinya, Rini berbincang-bincang dengan suaminya. Rini tidak menceritakan
akan penyakitnya itu kepada suaminya. Rini bahkan selalu tersenyum kepada
suaminya di saat ia benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Rini berhasil
menutupi itu semua dari Tomy. Sampai akhirnya pada suatu hari, Tomy mendapat
tugas kantor untuk keluar kota dalam waktu satu minggu. Rini sebenarnya sedih
sekali, akan berpisah cukup lama dengan Tomy. Apa lagi Rini sekarang dalam
keadaan sakit. Akan tetapi Rini mengijinkan suaminya untuk pergi ke luar kota,
Rini menutupi kesediannya dengan senyum
yang selalu Rini berikan pada Tomy. Suasana haru megiringi kepergian Tomy, Rini
hampir tak kuasa menahan air mata atas kepergian suaminya.
Tak
lama setelah itu Tomy pun berangkat meninggalkan rumahnya ke luar kota. Kini
Rini tinggal seorang diri di rumah, Ia merasa
sangat kesepian. Selama kepergian Tomy, kondisi kesehatan Rini semakin
memburuk. Ia selalu merasa kesakitan di saat hendak buang air kecil. Rini juga
suka melamun, tiap hari ia menghabiskan
waktunya di kamar. Kian hari tubuh Rini semakin kurus Karena ia juga jarang
makan sekarang. Rini mencoba untuk tetap kuat dan tegar menghadapi itu semua.
Dan pada hari Sabtu tepat satu minggu akan kepergian Tomy, Rini bersiap-siap
menyambut kepulangan suaminya. Rini sangat senang sekali. Rini mendandani
dirinya sampai terlihat cantik, hal ini ia lakukan hanya karena ingin menyambut
Tomy. Rasa rindu yang amat dalam yang ia pendam selama satu minggu, kini ia
akan segera melampiaskannya karena suaminya akan segera pulang.
Sudah
cukup lama Rini menunggu, tapi Tomy belum pulang juga. Dengan penuh kesabaran
Rini terus menuggu sampai telepon rumah berbunyi, dan Rini segera
mengangkatnya. Ternyata yang menelpon adalah Tomy, Tomy mengatakan bahwa ia
hari ini belum bisa pulang karena ibunya menyuruh Tomy untuk ke Bengkulu. Raut
wajah Rini menjadi sedih kembali, Rini berusa untuk mengerti dan tak lama
kemudia mereka mengakhiri pembicaraannya. Tanpa Rini tahu, di Bengkulu ibu
mertuanya berencana untuk menjodohkan Tomy dengan orang pilihan ibunya. Di
karenakan ibu Tomy sangat tidak menyukai Rini sejak dulu dan sampai sekarang
Rini juga belum bisa memberikan seorang cucu untu ibu mertuanya. Tomy sebagai
anak yang patuh pada orang tuanya, tidak berani berkomentar bahkan membantah
kemauan ibunya. Tomy bingung dengan ini semuanya. Bagaimana Tomy harus
menjelaskan ini semua pada Rini di rumah.
Setelah
tiga hari di Bengkulu, Tomy memutuskan kembali ke Jakarta. Rini sangat senang
sekali, karena orang yang ia tunggu selama ini telah kembali di sisihnya. Tapi
ada yang aneh dengan sikap Tomy, ia sedikitpun tidak menghiraukan Rini. Ia
tidak berkata satu kata pun pada Rini, ia bergegas menuju kamarnya. Rini heran
kenapa suaminya berubah, Rini hanya berpikir mungkin suaminya kelelahan dan
ingin istirahat. Sementara Rini membereskan
tas dan sepatu Tomy yang ia tinggalkan begitu saja di ruang tamu. Malam mulai
larut, Rini masuk ke dalam kamar menghampiri Tomy. Ia melihat Tomy yang sudah
tertidur pulas. Rini mendekati Tomy dan pelan-pelan Rini membelai rambut Tomy. Rini
berpikir, berapa lama lagi ia akan hidup di dunia ini? Sedangkan Rini merasa
sangat berat sekali berpisah dengan Tomy. Sebelum tidur, Rini mencium kening
Tomy dan mengatakan kata sayang yang amat mendalam. Seperti biasa, tengah malam
Rini bangun untuk sholat tahajud. Ketika ia bangun Tomy sudah tidak ada lagi di
sisihnya.
“mungkin
mas Tomy sudah bangun dan sholat duluan”, pikir Rini.
Rini
segera bangun dan mengambil air wudlu untuk sholat. Rini bingung, Tomy belum
kembali ke kamar juga. Setelah sholat Rini memutuskan untuk mencari Tomy. Rini
melihat Tomy sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.
“Mas,
kok malam-malam nonton tv? Tadi mas bis sholat juga ya??”, Tanya Rini dengan
halus.
Tetapi
Tomy cuma diam saja dan asyik menyaksikan televisi. Perlahan Rini mendekati
Tomy, Rini mengulangi pertanyaannya tadi dengan nada suara yang sama. Alangkah
kagetnya Rini melihat sikap Tomy yang sedemikian itu terhadapnya. Tomy
membentak-bentak Rini dengan kata-kata kasar yang selama ini tidak terucap dari
bibir Tomy. Rini menangis dan berlari menuju kamar. Di kamar Rini merenung, apa
yang telah terjadi pada suaminya hingga ia tega bersikap kasar pada Rini.
Semakin hari Rini mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari Tomy. Rini
tetap sabar menghadapi itu semua karena ia ingin menjadi istri yang baik buat
suaminya. Tidak pernah Rini membantah perkataan suaminya, apa lagi membalas
perlakuan suaminya itu terhadapnya. Rini sama sekali tidak memikirkan hal itu.
sampai
akhirnya di suatu malam Rini sedang menunggu suaminya pulang, Rini kembali
merasakan sakit yang amat luar biasa di bagian organ intimnya. Ia serasa tidak
kuat menahan itu semua, dan tak lama setelah itu suaminya pulang dan mengetuk
pintu dengan keras. Rini bergegas membukakan pintu dan menyambut suaminya.
“Dasar
bodoh! Buka pintu aja lama sekali. Dasar istri tidak tahu diuntung”, kata Tomy
dengan setengah mabuk.
Rini
hanya diam dan tidak berani berkata apa-apa, takut kalau suaminya tambah marah
padanya. Tomy lalu mendorong Rini sampai terjatuh ke lantai. Tomy kemudian
memutuskan untuk pergi lagi. Dengan lemas sambil menahan sakit, ia berusaha
mengejar Tomy yang ada di depannya. Sungguh apa daya, usaha Rini sia-sia saja.
Tomy tidak menghiraukan Rini. Sedangkan Rini tergeletak lemas di depan pintu
dengan paha yang penuh darah keluar dari selangkangannya.
Keesokan
harinya, Rini terbangun dan sudah berada di dalam kamarnya. Dia bingung siapa
yang telah memindahkannya ke dalam kamar. Tak lama setelah Rini bangun, Tomy
masuk ke kamar menghampiri Rini. Tomy meminta maaf atas apa yang Tomy lakukan
selama ini pada Rini. Tomy mendekap tubuh Rini dan sambil terus mengucapkan kata
maaf. Dengan senang hati Rini memmaafkan kesalahan Tomy. Dan pagi itu mereka
menghabiskan waktu berdua di kamar.
Masalah
kembali muncul saat ibu Tomy menelpon Tomy dan membahas tentang perjodohan Tomy
dengan wanita lain pilihan ibunya. Tomy bingung, ia tidak mungkin menduakan
Rini yang begitu setia padanya. Di akhir pembicaraan, ibu Tomy menyuruh Tomy
untuk pergi ke Bengkulu dan membahas masalah ini lebih lanjut dengan keuarga
besar mereka. Tomy tidak dapat menolak permintaan ibunya, ia pun berencana pergi
ke Bengkulu. Kali ini Tomy bermaksud mengajak istrinya ke sana. Dengan senang
Rini bersedia mendampingi kepergian Tomy ke Bengkulu. Mereka menyiapkan
keperluan yang akan di bawa dan digunakan di Bengkulu setelah sampai disana.
Mereka pergi dengan pesawat Garuda Indonesia dengan menempuh waktu perjalanan
selama kurang lebih dua jam.
Di
Bengkulu mereka disambut oleh keluarga besar Tomy dengan ramah. Karena
perjalanan yang begitu melelahkan, mereka memutuskan untuk istirahat terlebih
dahulu. Penderitaan Rini semakin bertambah karena di rumah itu banyak yang
tidak suka dengan kehadiran Rini, terutama ibu mertuanya dan kakak perempuan
Tomy. Tiap harinya Rini di jadikan seperti pembantu oleh kakak ipar dan ibu
mertuanya. Dalam keadaan menahan sakit Rini bekerja sendirian dan Tomy tidak
mengetahui hal itu. Rini juga di ancam kalau dia berani macam-macam dan bilang
pada Tomy atas perlakuan kakak ipar dan ibu mertuanya, ibu mertuanya tidak
segan-segan untuk mengusir Rini dari sini. Rini merasa sangat takut, apa
lagi ia harus berpisah dengan Tomy.
Seperti
yang di inginkan ibu mertuanya, Rini tidak menceritakan itu semua pada Tomy.
Siang itu keluarga besar Tomy sedang berkumpul bersama di ruang keluarga,
terkecuali Rini. Rini disuruh ibu mertuanya beres-beres di dapur. Di tengah
pembicaraan, ibu Tomy mulai membahas tentang rencana perjodohannya dengan
wanita pilihan ibunya. Tomy benar-benar bingung mendengar itu semua. Tak di
sangka, Rini yang sedang sibuk di dapur mendengar pembicaraan mereka. Rini
kaget dan tidak percaya. Rini kemudian berlari menuju kamarnya. Ia menangis
terus-menerus sampai air matanya habis dan tidak bisa menangis lagi.
“Ya
ALLAH.. begitu berat cobaan yang Kau berikan kepadaku, apa aku akan kuat
melihat cinta suamiku terbagi dengan wanita lain??” ya ALLAH.. berikan petunjuk
Mu”, kata Rini sambil tersendat-sendat.
Rini
berdiam diri di dalam kamar dan msaih terus memikirkan hal itu. Di dalam kamar
terdapat sebuah laptop, yaitu laptop suaminya. Rini mengambil laptop itu dan
mulai mencurahkan isi hatinya, dan semua masalah-masalah yang ada dengan
membuat sebuah catatan di laptop tersebut. malam harinya menjelang tidur, Rini
dengan berani betanya pada suaminya.
“Mas,
apakah benar kamu hendak menikah lagi?”, Tanya Rini.
Tomy
seketika kaget bagaimana bisa Rini tahu tentang rencana itu, Tomy hanya diam
saja.
“apakah karena aku juga sampai sekarang belum
bisa memberikan kamu keturunan?”, Tanya Rini kembali.
“Mas,
aku rela kamu menikah lagi asal itu yang terbaik buat kamu dan ibu kamu. Meski
berat, harus melihat orang yang kita sayangi membagi cintanya dengan orang
lain. Tapi aku ikhlas mas, demi kebaikan kamu apa pun akan aku lakukan walau
itu perih”, kata Rini dengan mata berkaca-kaca.
Tomy
kemudian memeluk Rini, “Aku tidak bisa yanx.. aku tidak mungkin bisa membagi
cintaku dengan wanita lain. Aku cuma sayang sama kamu, kamu wanita yang sangat
baik dan setia mendampingi aku. Bagaimana bisa aku menduakan kamu?”, jawab
Tomy.
Rini
hanya tersenyum mendengar Tomy berkata seperti itu. malam itu mereka habiskan
dengan penuh cinta sampai mereka terlarut di dalamnya. Alangkah malam yang indah
bagi Rini, karena sudah lama tidak bisa bersama-sama lagi dengan suaminya
seperti dulu. Sejak saat itu penyakit Rini semakin terlihat. Penyakit yang di
derita Rini berdampak pada kulit Rini yang muali keriput dan rambut Rini yang
mulai rontok. Di saat inilah Rini mulai tidak bisa mengerjakan tugasnya
sendiri. Rini cuma terbujur kaku di ranjang tempat tidurnya.
Pagi
harinya ibu Tomy datang bersama wanita yang cukup cantik bila di bandingakan
dengan Rini. ibu Tomy memanggil Tomy dan memperkenalkan wanita itu pada Tomy.
Wanita itu bernama Sarah. Lama mereka berbincang-bincang di ruang tamu,
kemudian Sarah berpamitan pulang. Tomy kembali masuk dan melihat keadaan
istrinya. sampai di kamar, Tomy mendekati Rini.
“Mas,
apakah kamu tidak jijik melihat aku yang seperti ini?”, ucap Rini.
“Kamu
istriku, bagaimana bentuk dan rupamu kamu tetap Rini. Rini yang selalu ada di
sampingku dan setia kepadaku. Aku terima kelebihan dan kekuranganmu”, jawab
Tomy.
Perkataan
Tomy membuat hati Rini menjadi tenang. Tiga hari setelah Rini sakit-sakitan,
Rini menghembuskan nafas terakhirnya saat menjelang subuh. Tomy merasa sangat
kehilangan, dia berat melepas kepergian Rini. Dengan penuh kekecewaan Tomy
terhadap Rini yang telah pergi meninggalkannya, ibu Tomy merasa sangat senang
atas kepergian Rini. Ia merasa langkah unutuk menjodohkan Tomy dengan wanita
pilihannya semakin terbuka dengan meninggalnya Rini. Suasana rumah menjadi haru
dan lebih-lebih Tomy yang di tinggal istrinya untuk selamanya.
Rini
kemudian di makamkan di pemakaman umum di Bengkulu. Setelah pemakaman Tomy
beserta keluarganya meninggalkan tempat pemakamn menuju ke rumah. Sesampainya
di rumah Tomy masuk ke kamar yang biasa di pakai Tomy dan Rini untuk tidur.
Tomy sangat merindukan saat-saat bersama Rini, saat-saat penuh canda dan tawa
bersama.
Tomy kemudian membuka laptopnya dan mengenang
masa-masa indah bersama Rini saat masih bersama dengan melihat foto-foto
kenangan mereka. Di saat Tomy melihat-lihat fotonya saat bersama Rini, Tomy
menemukan sebuah dokumen yang tidak ia ketahui. Karena penasaran akan isi
dokumen tersebut, Tomy memutuskan untuk membukanya. Ternyat isi dokumen itu
adalah sebuah catatan yang Rini tulis saat Rini sedih dan sendiri.
Perlahan
dengan pasti, Tomy membaca isi catatan tersebut. Dari catatan itu Tomy
mengetahui akan penyakit kanker yang di derita Rini selama ini dan tidak pernah
Rini ceritakan pada Tomy. Di dalam catatan itu juga, Rini mengaku tersiksa
dengan perlakuan ibu mertua Tomy. Rini juga berkata bahwa ia sangat mencintai
Tomy dan takut kehilangan Tomy. Di akhir catatan ia menulis “AKU SAYANG KAMU
MAS TOMY”.
Tomy
baru mengetahui ini semua dan merasa sangat menyesal sekali. Selama ini Tomy
tidak bisa membahagiakan Rini sampai Rini telah tiada. Tomy hanya bisa menyesali
ini semua. Hampir setahun atas kematian Rini, Tomy akhirnya menikah dengan
wanita pilihan ibunya. Akan tetapi Tomy tidak bisa melupakan Rini. Tiap hari Tomy
selalu megunjungi Rini di rumah barunya. Bagi Tomy sangat sulit untuk melupakan
Rini dan kenangan-kenangan indah bersama Rini. Bayang Rini akan selalu
bersemayam di hati Tomy, karena Rini adalah belahan jiwa Tomy.
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar