Kamis, 28 Februari 2019

TUGAS CERPEN SMA


CATATAN TERAKHIR 
 
Oleh :
Very Aulia Rahman
( 29, X-9 )

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus
2010







Berawal dari sebuah cerita dimana tinggal sebuah keluarga yang sangat bahagia dan harmonis. Pagi itu seperti biasa Rini menyiapkan semua keperluan suaminya sebelum berangkat ke kantor.  Rini memulai dengan memasak masakan kesukaan suaminya. Dengan senang ia melayani suaminya tersebut sampai memakaikan jas dan dasi. Setiap waktu senyuman manis selalu Rini berikan kepada suami tercintanya. Pagi itu mereka sarapan bersama dan bersuka ria penuh canda dan tawa.
Jam 8 tepat, suaminya bergegas pergi ke kantor, sebut saja dia Tomy. Sebagai istri yang baik Rini mengantarkan suaminya keluar menuju mobil. Disana sudah menunggu sopir Tomy, yang akrab di panggil pak Mat. Tomy menyapa pak Mat dengan sopan walaupun dilihat dari derajatnya Tomy adalah  bos, Sedangkan pak Mat cuma seorang sopir.
            “pagi pak,, kata Tomy saat menyapa pak Mat.
            “pagi den.. sudah siap berangkat ke kantor??”, jawab pak Mat sambil menanya balik.
            “sudah pak.. tunggu sebentar ya…. (Tomy berjalan menghampiri istrinya).
” Sayang… aku berangkat dulu ya, baik-baik di rumah”, Ucap Tomy kepada istrinya.
Dengan perasaan senang Rini menjawab, “mmm…iya, kamu juga hati-hati ya..”.
            sebelum Tomy meninggalkan istrinya, sebuah kecupan hangat mendarat di kening Rini. Rini hanya tersenyum dan sangat senang sekali karena suaminya sangat sayang padanya. Banyak tetangga mereka yang mengatakan bahwa Rini dan Tomy merupakan pasangan yang serasi. Bagaimana tidak,,, Rini seorang gadis yang anggun dan cantik. Di samping itu juga Rini sangat alim dan santun. Tidak pernah sekalipun Rini suka kelayapan dan shopping di mall seperti teman-teman Rini yang kebanyakan suka keluyuran dan cari sensasi duniawi. Sungguh sempurna, baik kecantikan dalam maupun luarnya. Alangkah beruntungnya orang yang mendapatkan hati Rini. Pada akhirnya hati Rini jatuh di pelukan Tomy, seorang pengusaha muda yang sukses dan berparas tampan itu. Sungguh keadaan yang sangat di harapkan oleh semua keluarga pada umumnya.
Di saat mobil Tomy telah pergi menuju ke kantor, Rini pun masuk ke rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah layaknya seorang istri. Rumah mereka sangat besar dan mewah, tetapi tidak ada satu pembantu di rumah itu yang membantu pekerjaan rumah. Di rumah itu cuma ada seorang sopir dan tukang kebun. Rini lebih suka mengerjakan semua pekerjaan rumah itu sendiri.
            Permasalahan bermulai saat mertua Rini yang merupakan ibu Tomy dari Bengkulu berkunjung ke rumah Tomy di jalan Mangga Dua Jakarta Selatan.
“Ting-tong… bel pintu berbunyi”.
            Dengan segera Rini menghampiri dan membuka pintu. Betapa kagetnya Rini setelah ia tahu bahwa yang datang adalah ibu mertuanya. Dengan sedikit rasa takut, Rini menyapa ibu mertuanya dengan santun dan mempersilahkan untuk masuk ke dalam.
            “ada angina pa bu, kok jauh-jauh dari Bengkulu datang kesini??”
“Rini sangat senang dengan kunjungan ibu. Ibu datangnya dadak sekali jadi Rini belum bisa nyiapin apa-apa nih buat ibu,, kata Rini sambil tersenyum”.
            “tidak usah!! Kamu tidak usah sok baik pada ibu. Tomy mana??”, Jawab ibu dengan nada kasar sambil menanyakan keberadaan Tomy.
 “Mas Tomy tadi baru saja berangkat ke kantor bu”,, jawab Rini dengan hati-hati.
            Rini kemudian pamit kebelakang untuk membuatkan minum buat ibu mertuanya. Sementara ibu mertuanya melihat-lihat keadaan rumah anaknya.
Saat Rini datang dan menyuguhkan secangkir teh hangat, tiba-tiba dengan nada kasar ibu berkata, “apa tidak ada pembantu?? Memang kamu sanggup mengerjakan pekerjaan rumah sendiri dan melayani anak saya??”.
 “Di rumah ini memang tidak ada pembantu bu, biasanya saya yang mengerjakan pekerjaan rumah dan menyiapkan semua keperluan mas Tomy”, jawab Rini.
Ibu mertuanya kemudian mengambil telepon untuk memberi tahu Tomy kalau ia lagi di Jakarta sekarang. Di sela-sela kesibukan Tomy di kantor, HP Tomy berbunyi. Ia pun segera mengangkat HPnya dan memulai pembicaraan. Tomy kaget ternyata yang menelpon itu ibunya.
“Lho… ini ibu ya,, tumben ibu nelpon Tomy, ada apa ya bu??” Tanya Tomy.
“Iya Tom, ini ibu. Begini.. ibu sekarang lagi di jakarta, ibu lagi di rumah kanu ini. Tapi ibu malah tidak ketemu kamu, cepetan pulang ya.. ibu bosen nih di rumah sepi, cuma ada istri kamu yang sok baik itu”, jawab ibu sesukanya.
 “iya bu.. Tomy akan segera pulang”, saut Tomy dengan nada rendah.
 Tomy adalah anak yang penurut dan berbakti pada orang tuanya. Jadi ia enggan menolak permintaan ibunya. Apalagi ibunya jau-jauh datang dari Bengkulu cuma ingin bertemu Tomy. Tak lama kemudian Tomy pun sampai di rumah dan cepat-cepat masuk dan bertemu ibunya.
“Sudah lama nunggu ya bu”,, kata Tomy saat bertemu ibunya.
“Tidak juga kok, ibu juga baru sampai sini”, balas ibu Tomy.
 Mereka berdua pun mengobrol dengan asyik dan saling menanyakan keadaan masing-masing. Sementara Rini sedang sibuk di dapur menyiapkan masakan untuk makan siang nanti. Di tengah-tengah pembicaraan mereka, ibu Tomy berkata ingin buru-buru punya cucu. Memang si, keluarga Tomy memang harmonis. Tapi setelah 3 tahun menikah, mereka belum di karuniai seorang anak. Tomy hanya tersenyum mendengar perkataan ibunya.
Pada saat makan siang kekacauan terjadi, ibu Tomy mulai menunjukkan sifat aslinya yang buruk. Ia memerintah dan membentak-bentak Rini padahal Rini tidak melakukan kesalahan apa-apa. Memang dari dulu ibu Tomy tidak setuju atas pernikahan mereka dikarenakan keluarga Rini tak sederajat dengan keluarga Tomy. Rini terlahir dari keluarga yang pas-pasan. Mendapat perlakuan ibu terhadapnya, Rini tidak kuat dan meneteskan air matanya kemudian berlari keatas menuju ke kamarnya. Tomy juga tidak dapat berbuat banyak, melihat itu adalah ibu Tomy sendiri.
“dasar cengeng”,, umpat ibu kepada Rini.
            Mereka berdua kemudian melanjutkan makan siang yang sempat tertunda.
            Malam harinya, Tomy berbincang-bincang dengan Rini di dalam kamar dan meminta maaf atas perlakuan ibu tadi siang. Dengan ikhlas Rini pun mau memaafkan ibu dan tidak sedikitpun Rini menyimpan dendam pada ibu.
Rini kemudian bertanya pada Tomy, “kenapa sikap ibu kepadaku seperti itu mas?? Apa ibu tidak suka sama aku??” ucap Rini dengan nada sedih.
            “Tidak sayang.. mungkin ibu lagi banyak pikiran, jadi ibu tidak bisa ngontrol emosinya”, jawab Tomy meyakinkan Rini.
“Tadi juga ibu bilang ke aku, kalau ibu pengen cepet-cepet punya cucu”, sambung Tomy.
            “Oh.. begitu ya mas”,, kata Rini dengan perasaan agak lega.
            Malam mulai larut, mereka mengakhiri perbincangan mereka dan tidur agar keesokan harinya bisa segar kembali. Jam 1 malam tepat, Rini bangun dan menuju ke kamar mandi ingin buang air kecil sekalian mengambil air wudlu untuk sholat tahajud. Seketika itu disaat hendak buang air kecil, Rini merasakan sakit yang amat luar biasa pada organ intimnya. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya dikarenakan dia baru kali ini merasakan sakit yang sedemikian itu. Tak lama kemudian rasa sakit itu pun hilang dengan sendirinya. Rini lalu mengambil air wudlu utuk kemudian sholat tahajud. Biasanya Rini di bangunkan oleh Tomy untuk sholat tahjud bersama, tapi malam ini tidak. Dengan pengertian Rini yang sudah bangun terlebih dahulu membiarkan suaminya istirahat. Mungkin terlalu lelah dengan kerjaan hari ini.
            Dalam doa’nya, Rini menyelipkan sebuah permintaan kepada ALLAH akan kebahagiaan keluarga dan anak-anaknya kelak. Rini juga berdo’a meminta petunjuk dalam menghadapi cobaan hidup ini, meminta agar ibu mertuanya dapat di bukakan kembali pintu hidayahnya dan bersikap baik pada Rini. Tetes demi tetes air mata berjatuhan mengiringi kesungguhan do’a yang di panjatkan oleh Rini. Seusai sholat Rini kembali tidur di sebelah suaminya yang masih tertidur pulas.
            Pagi harinya setelah sholat subuh, Tomy bertanya kepada Rini.
“ sayang.. apakah tadi malam kamu bangun dan sholat??”.
Dengan rendah hati Rini menjawab, “iya mas”, tadi malam aku bangun dan sholat”.
            “Kenapa kamu tidak membangunkan aku juga??”, saut Tomy.
            “Mana tega aku mengganggu suamiku di saat ia sedang pulas beristarahat?? Aku ingin jadi isri yang patuh pada suami dan mengerti keadaan suaminya”, balas Rini.
            Seketika itu Tomy pun mendekap erat tubuh Rini. Tomy terharu dengan apa yang di ucap oleh istrinya tadi. Suasana di kamar itu pun tersa sunyi dan haru. Di hari itu juga, ibu Tomy memutuskan untuk kembali ke Bengkulu dikarenakan ada acara keluarga disana. Sebelum meninggalkan rumah, ibu berpamitan kepada Tomy dan berpesan agar kapan-kapan bisa berkunjung ke Bengkulu. Sikap yang lain di tunjukkan ibu kepada Rini, ibu enggan berpamitan dan tidak berbicara sepatah kata pun terhadap Rini. Dengan penuh kesabaran Rini memahami sifat ibu mertuanya. Tak lama setelah berpamitan ibu Tomy pergi meninggalkan rumah Tomy.
Pagi itu seperti biasa Tomy berangkat ke kantor. Istrinya dengan tekun menyiapkan keperluan suaminya. Stelah Tomy berangkat ke kantor, tinggalah Rini seorang diri di rumah. Rini memulai tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan beres-beres dan membuat keadaan rumah menjadi bersih kembali. Di sela-sela kerjanya Rini teringat akan rasa sakit yang ia alami pada saat buang air kecil tadi malam.
            ”Apa yang terjadi padaku??”, gumam Rini dalam hati.
            Dengan penuh penasaran Rini memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Jam 9 tepat dengan pakaian tertutup dan tak lupa kerudung yang selalu Rini pakai ketika bepergian, Rini beranjak keluar rumah untuk naik taxi menuju tempat sang dokter. Di tengah perjalanan Rini sangat cemas, dia berpikir dan membayangkan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Hampir setengah jam perjalanan, Rini telah sampai di tempat praktek dokter Budi. Di sna Rini mulai menceritakan keluhan yang di alaminya. Dokter Budi pun memeriksa keadaan Rini. Sesudahnya Rini di periksa, Rini bertanya pada dokter Budi tentang apa yang terjadi padanya. Dengan raut muka yang kurang menggembirakan, dokter Budi menceritakan penyakit yang di alami oleh Rini. Betapa terkejutnya Rini setelah ia menengar perkataan dokter.
“apa dokter?? Saya menderita kanker rahim??”, Tanya Rini seakan tak percaya.
Dokter Budi cuma menganggukkan kepala. Rini mulai menangis dan seakan-akan masih belum percaya akan itu semua. Dokter Budi juga mengatakan bahwa Rini tidak akan bisa hamil. Perlahan-lahan dengan penuh air mata yang menetes dari mata Rini, Rini meninggalkan tempat dokter Budi dan bermaksud untuk pulang. Rini bingung, apakah harus Rini cerita kepada suaminya tentang kabar buruk ini.
“Tidak! Mas Tomy tidak boleh tahu tentang hal ini. Apa lagi ibu mas Tomy sangat menginginkan sekali kehadiran seorang cucu. Aku tidak ingin menghancurkan harapan mereka, biar aku sendiri yang menanggung beban ini”, kata Rini dalam hati sambil terus menangis.
            Pada malam harinya, Rini berbincang-bincang dengan suaminya. Rini tidak menceritakan akan penyakitnya itu kepada suaminya. Rini bahkan selalu tersenyum kepada suaminya di saat ia benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Rini berhasil menutupi itu semua dari Tomy. Sampai akhirnya pada suatu hari, Tomy mendapat tugas kantor untuk keluar kota dalam waktu satu minggu. Rini sebenarnya sedih sekali, akan berpisah cukup lama dengan Tomy. Apa lagi Rini sekarang dalam keadaan sakit. Akan tetapi Rini mengijinkan suaminya untuk pergi ke luar kota, Rini  menutupi kesediannya dengan senyum yang selalu Rini berikan pada Tomy. Suasana haru megiringi kepergian Tomy, Rini hampir tak kuasa menahan air mata atas kepergian suaminya.
Tak lama setelah itu Tomy pun berangkat meninggalkan rumahnya ke luar kota. Kini Rini tinggal seorang diri di rumah, Ia merasa  sangat kesepian. Selama kepergian Tomy, kondisi kesehatan Rini semakin memburuk. Ia selalu merasa kesakitan di saat hendak buang air kecil. Rini juga suka melamun, tiap hari  ia menghabiskan waktunya di kamar. Kian hari tubuh Rini semakin kurus Karena ia juga jarang makan sekarang. Rini mencoba untuk tetap kuat dan tegar menghadapi itu semua. Dan pada hari Sabtu tepat satu minggu akan kepergian Tomy, Rini bersiap-siap menyambut kepulangan suaminya. Rini sangat senang sekali. Rini mendandani dirinya sampai terlihat cantik, hal ini ia lakukan hanya karena ingin menyambut Tomy. Rasa rindu yang amat dalam yang ia pendam selama satu minggu, kini ia akan segera melampiaskannya karena suaminya akan segera pulang.
Sudah cukup lama Rini menunggu, tapi Tomy belum pulang juga. Dengan penuh kesabaran Rini terus menuggu sampai telepon rumah berbunyi, dan Rini segera mengangkatnya. Ternyata yang menelpon adalah Tomy, Tomy mengatakan bahwa ia hari ini belum bisa pulang karena ibunya menyuruh Tomy untuk ke Bengkulu. Raut wajah Rini menjadi sedih kembali, Rini berusa untuk mengerti dan tak lama kemudia mereka mengakhiri pembicaraannya. Tanpa Rini tahu, di Bengkulu ibu mertuanya berencana untuk menjodohkan Tomy dengan orang pilihan ibunya. Di karenakan ibu Tomy sangat tidak menyukai Rini sejak dulu dan sampai sekarang Rini juga belum bisa memberikan seorang cucu untu ibu mertuanya. Tomy sebagai anak yang patuh pada orang tuanya, tidak berani berkomentar bahkan membantah kemauan ibunya. Tomy bingung dengan ini semuanya. Bagaimana Tomy harus menjelaskan ini semua pada Rini di rumah.
            Setelah tiga hari di Bengkulu, Tomy memutuskan kembali ke Jakarta. Rini sangat senang sekali, karena orang yang ia tunggu selama ini telah kembali di sisihnya. Tapi ada yang aneh dengan sikap Tomy, ia sedikitpun tidak menghiraukan Rini. Ia tidak berkata satu kata pun pada Rini, ia bergegas menuju kamarnya. Rini heran kenapa suaminya berubah, Rini hanya berpikir mungkin suaminya kelelahan dan ingin istirahat. Sementara  Rini membereskan tas dan sepatu Tomy yang ia tinggalkan begitu saja di ruang tamu. Malam mulai larut, Rini masuk ke dalam kamar menghampiri Tomy. Ia melihat Tomy yang sudah tertidur pulas. Rini mendekati Tomy dan pelan-pelan Rini membelai rambut Tomy. Rini berpikir, berapa lama lagi ia akan hidup di dunia ini? Sedangkan Rini merasa sangat berat sekali berpisah dengan Tomy. Sebelum tidur, Rini mencium kening Tomy dan mengatakan kata sayang yang amat mendalam. Seperti biasa, tengah malam Rini bangun untuk sholat tahajud. Ketika ia bangun Tomy sudah tidak ada lagi di sisihnya.
“mungkin mas Tomy sudah bangun dan sholat duluan”, pikir Rini.
            Rini segera bangun dan mengambil air wudlu untuk sholat. Rini bingung, Tomy belum kembali ke kamar juga. Setelah sholat Rini memutuskan untuk mencari Tomy. Rini melihat Tomy sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.
“Mas, kok malam-malam nonton tv? Tadi mas bis sholat juga ya??”, Tanya Rini dengan halus.
            Tetapi Tomy cuma diam saja dan asyik menyaksikan televisi. Perlahan Rini mendekati Tomy, Rini mengulangi pertanyaannya tadi dengan nada suara yang sama. Alangkah kagetnya Rini melihat sikap Tomy yang sedemikian itu terhadapnya. Tomy membentak-bentak Rini dengan kata-kata kasar yang selama ini tidak terucap dari bibir Tomy. Rini menangis dan berlari menuju kamar. Di kamar Rini merenung, apa yang telah terjadi pada suaminya hingga ia tega bersikap kasar pada Rini. Semakin hari Rini mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari Tomy. Rini tetap sabar menghadapi itu semua karena ia ingin menjadi istri yang baik buat suaminya. Tidak pernah Rini membantah perkataan suaminya, apa lagi membalas perlakuan suaminya itu terhadapnya. Rini sama sekali tidak memikirkan hal itu.
            sampai akhirnya di suatu malam Rini sedang menunggu suaminya pulang, Rini kembali merasakan sakit yang amat luar biasa di bagian organ intimnya. Ia serasa tidak kuat menahan itu semua, dan tak lama setelah itu suaminya pulang dan mengetuk pintu dengan keras. Rini bergegas membukakan pintu dan menyambut suaminya.
“Dasar bodoh! Buka pintu aja lama sekali. Dasar istri tidak tahu diuntung”, kata Tomy dengan setengah mabuk.
            Rini hanya diam dan tidak berani berkata apa-apa, takut kalau suaminya tambah marah padanya. Tomy lalu mendorong Rini sampai terjatuh ke lantai. Tomy kemudian memutuskan untuk pergi lagi. Dengan lemas sambil menahan sakit, ia berusaha mengejar Tomy yang ada di depannya. Sungguh apa daya, usaha Rini sia-sia saja. Tomy tidak menghiraukan Rini. Sedangkan Rini tergeletak lemas di depan pintu dengan paha yang penuh darah keluar dari selangkangannya.
Keesokan harinya, Rini terbangun dan sudah berada di dalam kamarnya. Dia bingung siapa yang telah memindahkannya ke dalam kamar. Tak lama setelah Rini bangun, Tomy masuk ke kamar menghampiri Rini. Tomy meminta maaf atas apa yang Tomy lakukan selama ini pada Rini. Tomy mendekap tubuh Rini dan sambil terus mengucapkan kata maaf. Dengan senang hati Rini memmaafkan kesalahan Tomy. Dan pagi itu mereka menghabiskan waktu berdua di kamar.
Masalah kembali muncul saat ibu Tomy menelpon Tomy dan membahas tentang perjodohan Tomy dengan wanita lain pilihan ibunya. Tomy bingung, ia tidak mungkin menduakan Rini yang begitu setia padanya. Di akhir pembicaraan, ibu Tomy menyuruh Tomy untuk pergi ke Bengkulu dan membahas masalah ini lebih lanjut dengan keuarga besar mereka. Tomy tidak dapat menolak permintaan ibunya, ia pun berencana pergi ke Bengkulu. Kali ini Tomy bermaksud mengajak istrinya ke sana. Dengan senang Rini bersedia mendampingi kepergian Tomy ke Bengkulu. Mereka menyiapkan keperluan yang akan di bawa dan digunakan di Bengkulu setelah sampai disana. Mereka pergi dengan pesawat Garuda Indonesia dengan menempuh waktu perjalanan selama kurang lebih dua jam.
Di Bengkulu mereka disambut oleh keluarga besar Tomy dengan ramah. Karena perjalanan yang begitu melelahkan, mereka memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Penderitaan Rini semakin bertambah karena di rumah itu banyak yang tidak suka dengan kehadiran Rini, terutama ibu mertuanya dan kakak perempuan Tomy. Tiap harinya Rini di jadikan seperti pembantu oleh kakak ipar dan ibu mertuanya. Dalam keadaan menahan sakit Rini bekerja sendirian dan Tomy tidak mengetahui hal itu. Rini juga di ancam kalau dia berani macam-macam dan bilang pada Tomy atas perlakuan kakak ipar dan ibu mertuanya, ibu mertuanya tidak segan-segan untuk mengusir Rini dari sini. Rini merasa sangat takut, apa lagi  ia harus berpisah dengan Tomy.
Seperti yang di inginkan ibu mertuanya, Rini tidak menceritakan itu semua pada Tomy. Siang itu keluarga besar Tomy sedang berkumpul bersama di ruang keluarga, terkecuali Rini. Rini disuruh ibu mertuanya beres-beres di dapur. Di tengah pembicaraan, ibu Tomy mulai membahas tentang rencana perjodohannya dengan wanita pilihan ibunya. Tomy benar-benar bingung mendengar itu semua. Tak di sangka, Rini yang sedang sibuk di dapur mendengar pembicaraan mereka. Rini kaget dan tidak percaya. Rini kemudian berlari menuju kamarnya. Ia menangis terus-menerus sampai air matanya habis dan tidak bisa menangis lagi.
“Ya ALLAH.. begitu berat cobaan yang Kau berikan kepadaku, apa aku akan kuat melihat cinta suamiku terbagi dengan wanita lain??” ya ALLAH.. berikan petunjuk Mu”, kata Rini sambil tersendat-sendat.
            Rini berdiam diri di dalam kamar dan msaih terus memikirkan hal itu. Di dalam kamar terdapat sebuah laptop, yaitu laptop suaminya. Rini mengambil laptop itu dan mulai mencurahkan isi hatinya, dan semua masalah-masalah yang ada dengan membuat sebuah catatan di laptop tersebut. malam harinya menjelang tidur, Rini dengan berani betanya pada suaminya.
“Mas, apakah benar kamu hendak menikah lagi?”, Tanya Rini.
            Tomy seketika kaget bagaimana bisa Rini tahu tentang rencana itu, Tomy hanya diam saja.
 “apakah karena aku juga sampai sekarang belum bisa memberikan kamu keturunan?”, Tanya Rini kembali.
“Mas, aku rela kamu menikah lagi asal itu yang terbaik buat kamu dan ibu kamu. Meski berat, harus melihat orang yang kita sayangi membagi cintanya dengan orang lain. Tapi aku ikhlas mas, demi kebaikan kamu apa pun akan aku lakukan walau itu perih”, kata Rini dengan mata berkaca-kaca.
            Tomy kemudian memeluk Rini, “Aku tidak bisa yanx.. aku tidak mungkin bisa membagi cintaku dengan wanita lain. Aku cuma sayang sama kamu, kamu wanita yang sangat baik dan setia mendampingi aku. Bagaimana bisa aku menduakan kamu?”, jawab Tomy.
            Rini hanya tersenyum mendengar Tomy berkata seperti itu. malam itu mereka habiskan dengan penuh cinta sampai mereka terlarut di dalamnya. Alangkah malam yang indah bagi Rini, karena sudah lama tidak bisa bersama-sama lagi dengan suaminya seperti dulu. Sejak saat itu penyakit Rini semakin terlihat. Penyakit yang di derita Rini berdampak pada kulit Rini yang muali keriput dan rambut Rini yang mulai rontok. Di saat inilah Rini mulai tidak bisa mengerjakan tugasnya sendiri. Rini cuma terbujur kaku di ranjang tempat tidurnya.
Pagi harinya ibu Tomy datang bersama wanita yang cukup cantik bila di bandingakan dengan Rini. ibu Tomy memanggil Tomy dan memperkenalkan wanita itu pada Tomy. Wanita itu bernama Sarah. Lama mereka berbincang-bincang di ruang tamu, kemudian Sarah berpamitan pulang. Tomy kembali masuk dan melihat keadaan istrinya. sampai di kamar, Tomy mendekati Rini.
            “Mas, apakah kamu tidak jijik melihat aku yang seperti ini?”, ucap Rini.
            “Kamu istriku, bagaimana bentuk dan rupamu kamu tetap Rini. Rini yang selalu ada di sampingku dan setia kepadaku. Aku terima kelebihan dan kekuranganmu”, jawab Tomy.
            Perkataan Tomy membuat hati Rini menjadi tenang. Tiga hari setelah Rini sakit-sakitan, Rini menghembuskan nafas terakhirnya saat menjelang subuh. Tomy merasa sangat kehilangan, dia berat melepas kepergian Rini. Dengan penuh kekecewaan Tomy terhadap Rini yang telah pergi meninggalkannya, ibu Tomy merasa sangat senang atas kepergian Rini. Ia merasa langkah unutuk menjodohkan Tomy dengan wanita pilihannya semakin terbuka dengan meninggalnya Rini. Suasana rumah menjadi haru dan lebih-lebih Tomy yang di tinggal istrinya untuk selamanya.
Rini kemudian di makamkan di pemakaman umum di Bengkulu. Setelah pemakaman Tomy beserta keluarganya meninggalkan tempat pemakamn menuju ke rumah. Sesampainya di rumah Tomy masuk ke kamar yang biasa di pakai Tomy dan Rini untuk tidur. Tomy sangat merindukan saat-saat bersama Rini, saat-saat penuh canda dan tawa bersama.
 Tomy kemudian membuka laptopnya dan mengenang masa-masa indah bersama Rini saat masih bersama dengan melihat foto-foto kenangan mereka. Di saat Tomy melihat-lihat fotonya saat bersama Rini, Tomy menemukan sebuah dokumen yang tidak ia ketahui. Karena penasaran akan isi dokumen tersebut, Tomy memutuskan untuk membukanya. Ternyat isi dokumen itu adalah sebuah catatan yang Rini tulis saat Rini sedih dan sendiri.
            Perlahan dengan pasti, Tomy membaca isi catatan tersebut. Dari catatan itu Tomy mengetahui akan penyakit kanker yang di derita Rini selama ini dan tidak pernah Rini ceritakan pada Tomy. Di dalam catatan itu juga, Rini mengaku tersiksa dengan perlakuan ibu mertua Tomy. Rini juga berkata bahwa ia sangat mencintai Tomy dan takut kehilangan Tomy. Di akhir catatan ia menulis “AKU SAYANG KAMU MAS TOMY”.
Tomy baru mengetahui ini semua dan merasa sangat menyesal sekali. Selama ini Tomy tidak bisa membahagiakan Rini sampai Rini telah tiada. Tomy hanya bisa menyesali ini semua. Hampir setahun atas kematian Rini, Tomy akhirnya menikah dengan wanita pilihan ibunya. Akan tetapi Tomy tidak bisa melupakan Rini. Tiap hari Tomy selalu megunjungi Rini di rumah barunya. Bagi Tomy sangat sulit untuk melupakan Rini dan kenangan-kenangan indah bersama Rini. Bayang Rini akan selalu bersemayam di hati Tomy, karena Rini adalah belahan jiwa Tomy.

SELESAI

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

TERJEMAHKAN BLOG INI

PENGUNJUNG SAAT INI