Assalamu'alaikum wr. wb
Seperti biasa, diawal tulisan saya akan mulai dengan bercerita, asik kan heuheu.. jadi begini..
Suatu hari, kiki menemukan sebuah pengumuman akan diadakannya event lomba lari yang menjanjikannya hadiah yang cukup besar. Kemudian, kiki ikut mendaftarkan diri sebagai peserta lomba.
Skip ya, tibalah pada hari diselenggarakannya event lomba tersebut. Namun, ketika tiba di tempat perlombaan, kiki memerhatikan dan ternyata ada suatu yang aneh. Pasalnya kiki tidak menemukan peserta lain selain dirinya, yang ada hanya panitia dan beberapa penonton, dan sekali lagi tidak ada peserta lain selain kiki seseorang. Kiki kemudian bertanya kepada panitia, mereka mengkonfirmasi bahwa memang peserta lomba hari itu hanya Kiki. Meskipun begitu, pihak panitia tidak berencana untuk membatalkan perlombaan itu meskipun hanya diikuti oleh satu peserta.
Dalam posisi seperti itu, sekiranya tentu akan muncul satu pertanyaan yang nampaknya harus di jawab oleh Kiki sebagai satu-satunya peserta lomba. "Apa yang mungkin dilakukan kiki jika dalam perlombaan itu hanya ia yang menjadi peserta?" Maka tidak aneh kalau Kiki sebagai satu-satunya peserta akan menjawab, "Ya sudahm kalau memang cuma saya, saya tetap melaksanakan perlombaan itu, meskipun mungkin akan lebih santai, tidak perlu terburu-buru, tidak perlu cepat, mampir warung dulu ah jajan es, yang penting kan sampai garis finish."
Gimana sudah paham belum dengan ilustrasi diatas? kalau belum, akan saya perjelas lagi. Mari kita bawa dalam konteks keberagamaan, bahwa dalam tulisan sebelumnya penulis telah menyinggung tentang isu Kristenisasi, bahwa isu tersebut disinyalir (oleh beberapa kalangan umat Islam) sebagai salah satu faktor semakin menurunnya jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, akan tetapi bukan juga sepenuhnya benar.
Coba buka kembali firman Allah Q.S Al-Baqarah: 148 yang artinya kurang lebih -: "Dan setiap umat memiliki kiblat masing-masing yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Misal penulis katakan, Allah pun sedang mengadakan event lomba. lomba apa? bahwa Dia sedang mengadakan event "Lomba Berbuat Baik". Kalau memang demikian yang Allah inginkan, maka pertanyaanya adalah, "lantas siapa peserta lomba kebaikan tersebut?" Kemudian penulis coba hubungkan dengan Q.S Hud ayat 118 yang mengisyaratkan bahwa jika Allah mau, maka Dia sangat mungkin menjadikan manusia ini menjadi umat yang satu. Meskipun pada kenyataannya justru kita temukan di dunia ini banyak sekali perbedaan, termasuk agama.
Nah, mari kita renungkan. disatu sisi Allah menghendaki keberagamaan, dan disisi lain Allah mengadakan event "lomba berbuat baik". Maka akan ketemu titik antara keduanya. Untuk mengaakan lomba, maka sudah seharusnya pesertanya tidak hanya satu, bahwa semakin banyak peserta maka semakin tinggi pula tingkat kompetisinya. Semakin banyaknya keberagamaan agama, maka bukankah itu cukup menjadi alasan untuk masing-masing agama dapat berusaha semaksimal mungkin dalam memenangkan event lomba tersebut?
Maka, berdasar pemahaman diatas (tentang Lomba Berbuat Baik), penulis kemudian kurang sepakat jika kita sebagai umat Islam menolak upaya Kristenisasi yang telah dibahas pada tulisan sebelumnya, apalagi penolakan itu dengan menggunakan cara kekerasan. Apa salahnya jika mereka memang berniat membantu orang miskin? Apa salahnya jika - katakanlah - mereka memang punya maksud mengkristenkan orang-orang miskin melalui pemberian bantuan-bantuan? lantas apa salahnya jika yang dibantu mengikuti keyakinan orang yang memabntu dan memperhatikan hidup mereka?
Coba kita tanya pada diri kita, "benarkah sikap kita yang membenci umat lain yang sedang berdakwah? benarkah kita (dengan membawa dalih agama) melakukan intimidasi terhadap mereka yang berbeda dengan kita? Apakah dibenarkan pula kita mengahalangi orang lain berbuat baik mengatasnamakan agama mereka, sementara di agama kita sendiri menyuruh hal yang sama?"
Jika kita yang mengaku beragama memahami betul esensi dar event lomba ini, maka kita tidak seharusnya menjadikan kebaikan dan kesuksesan umat agama lain dalam dakwah sebagai sesuatu yang perlu dibenci dan dihilangkan. Melainkan bisa kita jadikan - semacam - pemicu untuk kita bisa lebih baik dari mereka, motivasi untuk kita bisa lebih sukses dari pada mereka. Jadi, bukan kemudian mencaci mereka, menuduh mereka sedang menyesatkan umat Islam atau istilah lain yang pada dasarnya itu negatif. Ya, kalau memang kita dapati bahwa menyantuni itu bisa menjadi salah satu metode dakwah yang efektif, kenapa kita tidak mencoba meniru?????
Pada akhirnya, satu hal yang tidak boleh terlupa oleh kita sebagai manusia adalah bahwa kita saat ini masih dalam situasi bertanya-tanya. Kita bisa katakan, sudah rajin sholat, rajin puasa. akan tetapi. tidak ada yang bisa memastikan bahwa ibadah dan penghambaan kita kepada Allah tersebut bisa benar-benar menjadi jaminan kita kelak mendapat tempat terindah disisi-Nya. Kita sekarang masih dalam proses mencapai garis finish. Bisa jadi yang sekarang diurutan paling belakanglah akan tampil sebagai pemenang. Sebaliknya, yang sekarang berada diurutan paling depan tidak menutup kemungkinan diakhir lomba justru sampai garis finish yang paling akhir, atau bahkan bisa jadi tidak pernah mencapai garish finish.
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sadari bahwa ada skenario perlombaan yang sedang Allah jalankan dalam penciptaan keberagamaan agama. Kesadaran atas adanya perlombaan ini penting, setidaknya untuk memastikan agar kita tidak santai-santai saja, bahwa kompetisi berbuat baik ini tidak hanya kita saja pesertanya, dan sudah barang tentu di dalam event perlombaan tidaklah dibenarkan untuk melakukan tindakan-tindakan curang, yang dalam hal keberagamaan agama salah satu kecurangannya adalah dengan menjegal agama lain untuk memenangkan agamnya sendiri. Wallahu a'lam.
Wassalamu'alaikum wr.wb
Sumber : Ahmad Muzakkil Anam. Puzzle-puzzle Keilmuan. Yogyakarta: Azyan Mitra Media. 2019
0 komentar:
Posting Komentar