Selasa, 31 Maret 2020

Dalam Hidup Aku Bertanya, Dalam Mati Aku Menjawab


Assalamu'alaikum Wr.Wb

Manusia dalam sudut pandang Islam, diciptakan dalam dua dimensi, yaitu dimensi 'Abdullah dan Khalifatullah. Dimensi 'Abdullah mengehendaki manusia untuk selalu tunduk dan berserah diri sepenuhnya pada Sang Khaliq melalui aturan-aturan hidup yang dibawa oleh Rasul-Nya. Secara sederhana, dimensi ini membicarakan hubungan Khaliq dengan Makhluq (Hablum min Allah). Sedangkan dimensi Khalifah sendiri berkaitan dengan hubungan makhluk dengan makhluk / manusia dengan manusia (Hablum min an-Naas), dimana manusia selaku wakil Allah di Bumi ditugaskan menjaga dan melestarikan bumi.

Pada dasarnya, fase hidup manusia ada empat tahap. Pertama manusia itu mati, kemudian Allah menghidupkannya, setelah itu mematikan lagi, dan akhirnya menghidupkan lagi. Pada fase kedua itulah manusia hidup di dunia ini, kemudian ketika tiba waktunya, ia akan diwafatkan oleh Allah SWT dan berada di alam barzah untuk menunggu hari kebangkitan. Setelah manusia dibangkitkan lagi dari kematian, maka itulah kehidupan yang abadi. Bagi manusia yang semasa hidupnya menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, maka surga adalah tempat ia menjalani kehidupan abadi. Sedangkan manusia yang gagal menjalankan tugas-tugasnya akan menjadi penghuni neraka yang penuh dengan siksaan.

Maksud dihidupkannya manusia di bumi ini adalah sebagai proses mencari kebahagiaan di kehidupan yang abadi kelak. Jdi, dunia ini bukanlah tujuan akhir manusia, melainkan awal dari perjalanan mencari kebaghagiaan yang abadi di kehidupan yang abadi. Allah SWT memebrikan aturan-aturan kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan itu melalui para utusan-utusannya. Peraturan itu sering dikenal dengan syari'at yang selain di dalamnya berisi tentang perintah-perintah, melainkan juga berisi larangan-larangan.

Tentunya tidak ada manusia yang menginginkan kesedihan dan menolak kebahagiaan. Semuanya ingin mendapatkan kebahagiaan baik kebahagiaan dunia yang semu, ataupun kenahagiaan akhirat yang abadi. Oleh sebab itu, setiap manusia akan berlomba-lomba melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi serta meninggalkan larangan-larangan-Nya. Sudah sepatutnya jika manusia berusaha meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi, kita sebagai manusia harus selalu ingat, nahwa manusia hanya bisa berusaha. Akhirnyam hanya Allah SWT lah yang memutuskan.

Kita yang beragama Islam setiap hari selalu sholat lima waktu, selalu puasa di bulan Ramadhan, selalu berzakat dan bersedekah, selalu berbuat baik, dan lain sebagainya. Tapi, apakah dengan amal-amalan itu kita dapat menjamin diri kita masuk ke dalam golongan-golongan orang yang beruntung, atau justru kita akan masuk golongan orang-orang yang hina. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan "Dalam Hidup Aku Bertanya". Bertanya-tanya tentang kualitas ibadah kita, apakah mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang akan memperoleh ridho-Nya yang akhirnya mengantarkan kita untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat atau tidak?

Kemudian dilanjutkan dengan "Dalam Mati Aku Menjawab". Maksudnya ialah pertanyaan kita tentang kualitas ibadah kita di atas hanya akan terjawab ketika kita telah mengakhiri kehidupan kita di dunia ini. Apakah sholat kita mampu mengantarkan kita menjadi mulia di sisi Allah? Apakah puasa kita mampu menjadikan kita istimewa di sisi-Nya? Apakah zakat yang kita keluarkan mampu menjadikan kita suci di hadapanNya? Semua itu bisa terjawab ketika kita telah meninggal dunia.

Jika memang demikian, apakah kita lantas berputus asa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat - terlebih kebahagiaan ukhrowi? Tentu tidak, justru ini seharusnya bisa memotivasi kita untuk semakin taat beribadah. Kita harus - dari hari ke hari semakin meningkatkan ibadah kita. Terlepas dari diterima atau tidaknya ibadah kita, itu bukan lagi menjadi kewenangan kita. Yang pasti adalah Allah SWT tidaklah tidur, Allah SWT Maha Mengetahui segalanya yang tampak atau tidak. Allah SWT mengetahui akan ketulusan kita beribadah jika kita memang benar-benar tulus. Begitupun sebaliknya, Allah SWT pun tahu jika ibadah-ibadah kita tidak murni karena-Nya, melainkan karena yang lainnya.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya, yang baru-baru ini dari virus korona (covid 19)
Semoga segera membaik, Aamiin. #Dirumahaja

Wassalamu'alaikum Wr.Wb


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

TERJEMAHKAN BLOG INI

PENGUNJUNG SAAT INI