Assalamu'alaikum Wr.Wb
Terkadang salah satu motivasi kita dalam hidup ini adalah untuk mengalahkan seseorang, dalam prestasi, pencapaian, pertandingan, kompetisi,
persaingan, dan lain-lain. Sifat manusia yang selalu ingin menjadi bahan perhatian
mendorong kita untuk selalu menjadi yang terbaik dan yang pertama. Pujian
seolah-olah sudah menjadi alasan utama untuk mengalahkan orang lain.
Ada pepatah mengatakan : "Musuh terbesarmu bukanlah yang terkuat, bukanlah yang paling pintar,
bukan yang mampu mengalahkan ratusan orang, tetapi musuh terbesarmu
adalah dirimu sendiri”.
Benar, saya turut mengiyakan. Esensi mengalahkan itu bukanlah seberapa hebat dan kuatnya kita di mata
orang lain, atau apakah kita bisa mengalahkan seseorang atau tidak, tapi
apakah kita mampu mengalahkan diri sendiri. Kadang mengalahkan diri
sendiri itu jauh lebih sulit daripada mengalahkan seorang lawan dan
musuh.
Tentunya banyak hal bisa dilakukan untuk mengalahkan diri sendiri, setiap orang punya caranya masing-masing. Secara umum bisa kita katakan mengalahkan diri sendiri adalah cara kita menekan, menghindari, melawan sifat-sifat buruk yang ada pada diri kita. Misalnya malas, ego, penakut, mudah emosi dan lain sebagainya. Mudah mengatakan, tapi sulit melakukan. Ya memang begitulah, sama halnya ketika saya menulis tentang hal ini. Saya masih seorang pecundang.
Berdasarkan dari pengalaman, kita selalu kalah melawan diri kita sendiri dikarenakan seringkali kita memberikan maklum dan pemaafan yang tidak seharusnya. Seperti contoh, saat kita menganggap biasa yang seharusnya tidak dilakukan, maka terus menerus kita akan merasa bahwa melakukan hal tersebut bukanlah suatu kesalahan. Sampai paragraf ini, saya masih seorang pecundang.
Mungkin beberapa hal dibawah ini yang sering kita rasakan dan sulit sekali untuk kita hindari :
1. Mudah tersinggung
Tentunya kita sebagai manusia memiliki ego dengan kadar ego yang berbeda-beda. Semakin kita menjungjung tinggi ego pribadi, maka semakin mudah kita akan tersinggung. Bukan berarti kita membiarkan atau merasa tidak keberatan jika orang lain bersikap tidak baik kepada kita, akan tetapi jangan biarkan sikap orang lain menentukan reaksi dan tindakan kita.
Misalnya yang sering, hilihhh.. banyak gaya ah, sok alim, sok pinter, banyak teori gak ada praktek. Banyak kata-kata bijak tapi gak bisa nglakuin. Munafik ah.. ngomong doang si gampang. yaa begitulah, tentu masih banyak contoh-contoh lain. Pada tahap ini, saya masih seorang pecundang wkwkwk
2. Hidup seolah hanya tentang menang dan kalah
Sebagian orang mungkin memandang hidup sebagai menang dan kalah. Saat menang kita berjaya, seenaknya, gembira tiada tara. Saat kalah kita merasa seperti pecundangnya pecundang, gundah gulana, gak nafsu makan akhirnya mati wkwkwk.
Bagi orang-orang tersebut, tak ada kata mengalah karena mengalah sama saja dengan mengaku kalah. Entah itu dalam berbicara, menyampaikan pendapat dan lain sebagainya. Jangan terbiasa memaksakan orang lain melakukan ide kita. Begitu juga kita tentu juga merasa keberatan jika dipaksa untuk melakukan ide orang lain. Saling paksa memaksa seperti itu, tentunya hanya akan merasa diri kita dengan ide kita tersebut adalah lebih baik dan benar dari pada ide orang lain. Mengupayakan kebersamaan tentunya lebih baik sehingga tidak akan muncul ke-akuan.
3. Belajar untuk mendengar
Alhamdulillah.. sampai sekarang telinga kita masih berfungsi dengan baik dan normal kan? maka dari itu, coba belajar untuk mendengar. Jangan cuma ingin didengar tapi tak mau mendengar. Tumann ! hahaha.. Jangan merasa menjadi yang paling penting dan harus selalu diperhatikan, hidup harus seimbang, ada hak tentu juga ada kewajiban. Kedengarannya mudah, tapi sulit dipraktikkan. Saya juga.
4. Bukan apa yang kita dapat, tapi apa yang kita berikan
Hampir senada dengan poin nomor 3, jangan ingin selalu diberi, meminta, menuntut. Coba juga lihat, apa yang sudah kita berikan. Mungkin sebagian orang pernah, waktu sd jika dapat ranking 1 nanti akan dibelikan hadiah sama orang tua. Sama-sama enak kan, anak memberi ranking 1 dan perasaan bangga kepada orang tua. Begitupun orang tua memberikan hadiah dan perasaan senang kepada anaknya.
Kita sering merasa kekurangan, kita menginginkan ini itu, ingin diperhatikan, ingin didengarkan. Itu saat kita butuh. Sebaliknya, saat kita memiliki banyak hal juga tidak pernah mau berbagi
dan memberi karena kita merasa itu adalah hak kita. Sering terjadi. Dan dari
sinilah sering muncul konflik. Jika sudah begini sebaiknya lebih banyak
berdoa, supaya jika ada yang rusak dalam diri kita Tuhan bisa menunjukan
dan memperbaikinya. Aamiin...
5. Mengalahkan diri sendiri dari pada mengalahkan orang lain
Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, yang memiliki kehidupan perekonomian lebih baik, dan sebagainya, tentu sah-sah saja. Tetapi, dari mana kita bisa menilai bahwa diri kita sudah lebih baik dari sebelumnya? Kalau patokan kita masih hanya orang lain, kalau kita ingin lebih sukses hanya agar bisa menunjukkan kalau kita lebih baik dari seseorang, misalnya, maka itu bisa bahaya karena motivasi kita hanya ego. Boleh saja kita termotivasi dengan perjuangan dan sikap atau kesuksesan orang lain, tapi bukan untuk membanggakan diri di depan mereka.
Lebih baik, motivasi kita adalah untuk ”mengalahkan” diri sendiri atau untuk mengeluarkan potensi terbaik yang Tuhan sudah taruh dalam diri kita.
Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, yang memiliki kehidupan perekonomian lebih baik, dan sebagainya, tentu sah-sah saja. Tetapi, dari mana kita bisa menilai bahwa diri kita sudah lebih baik dari sebelumnya? Kalau patokan kita masih hanya orang lain, kalau kita ingin lebih sukses hanya agar bisa menunjukkan kalau kita lebih baik dari seseorang, misalnya, maka itu bisa bahaya karena motivasi kita hanya ego. Boleh saja kita termotivasi dengan perjuangan dan sikap atau kesuksesan orang lain, tapi bukan untuk membanggakan diri di depan mereka.
Lebih baik, motivasi kita adalah untuk ”mengalahkan” diri sendiri atau untuk mengeluarkan potensi terbaik yang Tuhan sudah taruh dalam diri kita.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
0 komentar:
Posting Komentar