Assalamu'alaikum wr. wb
Pernah tidak kita merasa benar, bersikap keras dan menantang terhadap sesuatu yang berbeda dari kita? padahal belum tentu yang berbeda dari pandangan kita adalah sebuah kekeliuran, atau mungkin kita sudah terjangkit "sentimen keirian". hah? Sentimen keirian itu apa? kok baru dengar istilah itu. hem jadi gini...
Sentimen keirian semacam adanya rasa iri melihat orang yang berbeda itu memiliki sesuatu yang lebih dari kita, dan kemudian membuat iri itu semakin tinggi saat kita merasa psimis untuk bisa melakukan apa yang mereka lakukan. Misalnya saat kamu menemukan bahwa temanmu bisa bernyanyi dengan sangat bagus, sementara kamu tidak.Jangan lantas kamu mencari-cari dalil yang pada akhirnya kamu gunakan untuk menghukumi temanmu, bahwa menyanyi itu haram. Artinya apa? bisa jadi kebencian kita terhadap satu pihak itu disebabkan atas keirian pribadi kita, iri atas kebaikan yang dimiliki orang lain sementara kita tidak mampu melakukan itu.
Secara sederhana, kata sentimen bisa kita pahami sebagai sikap yang didasarkan pada perasaan yang berlebih-lebihan terhadap sesuatu. sementara iri adalah sikap tidak suka melihat kelebihan orang lain. Artinya, sentimen keirian adalah sikap berlebih-lebihan terhadap kelebihan yang dimiliki orang lain. Parahnya tidak hanya berhenti pada sikap tidak suka saja, melainkan sampai pada upaya-upaya kurang terpuji untuk menjatuhkan orang lain yang memiliki kelebihan.
Sebagaimana contoh diatas, misalnya mengaharamkan musik, yang mana pengharaman tersebut tidak selalu pure bahwa memang hukumnya haram, melainkan karena motif pribadi yaitu ketidakmampuannya dalam bermain musik sehingga dicarikan legitimasi agama yang diarahkan pada pengharaman musik. Contoh-contoh lainnya bisa juga kita amati dalam kehidupan keseharian kita, buanyaak buanget hahaha.
Lalu apa dalam hal beragama, sentimen keirian juga bisa muncul? jawabnya tentu sangat bisa sekali. Yakni perasaan tidak suka yang amat berlebihan melihat pemeluk agama lain memiliki kelebihan dari kita. Kelebihan ini bisa berupa apa saja yang sekiranya memang memunculkan perasaan ketidaksukaan, bisa materi, bisa perbuatan baik atau bahkan keirian melihat kesuksesan dakwah agama lain. Nah, pada bagian terakhir ini sentimennya tinggi, misalnya jika agama lain sukses dalam berdakwah yakni mampu mengajak yang belum seagama agar mau memeluk agama yang sama, mengindikasikan bahwa akan ada agama lain yang kemudian "kecolongan" umat, heuhueu
Misalnya ada kasus, misalnya, jangan bully saya lurd hahaha.. berkurangnya jumlah agama Islam adalah karena maraknya misi Kristenisasi yang diantara salah satu metodenya adalah memberi bantuan-bantuan kepada orang-orang miskin yang lama kelamaan kemudian mereka diajak untuk meninggalkan agama Islam dan berpindah agama, misalnya.
Lalu ditanya, ini salah siapa? ingat, jangan mudah menghakimi. Mari kita perhatikan, apakah salah jika umat Kristen berdakwah menggunakan metode "memberi"? ataukah juga salah jika kemudian yang diberi pun mau mengikuti ajakan yang memberi perhatian penuh kepada mereka? Sebagian umat Islam mungkin akan mengatakan bahwa keduanya salah, terlebih umat islam yang menukar keimanannya dengan perkara dunia. Sedangkan pihak yang memberi bantuan lantas dibenci dan disudutkan, dan pada tahap lebih lanjut tidak jarang mereka diperlakukan sekehendak hati dengan alasan yang menurut saya sangat absurd, yakni membahayakan umat Islam. Pertanyaannya, sejak kapan kebaikan justru membahayakan agama?
Misalkan anda diajak aksi tolak Kristenisasi, bahkan sampai tindakan pengusiran, lalu apakah ada jaminan bahwa umat Islam yang miskin yang telah dibantu oleh umat non-Islam itu akan ditanggung kebutuhannya oleh umat Islam lainnya? ataukah kita hanya berkepentingan cukup mengusir saja dengan menyombongkan diri "yang penting kita sudah menyelamatkan aqidah mereka", adapaun yang kondisi ekonomi mereka yang sulit, kita tidak melakukan hal-hal yang konkret untuk membantu, dan lagi-lagi hanya bisa mengatakan "rezeki itu sudah diatur oleh Allah, setiap orang punya rezeki masing-masing." begitukah?
Saya merasa kurang setuju jika kita sebagai umat Islam adalah mengahrdik, memojokkan atau bahkan sampai melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji (misalnya intimidasi sampai pengusiran) terhadap kelompok lain yang notabennya sedang menjalankan perintah agamanya. Tapi ketidaksetujuan ini pun juga berarti saya menuruh kita sebagai umat Islam untuk tidak berbuat apa-apa.
Begini, ada pertanyaan "Dalam hal berkurangnya pemeluk agama Islam di Indonesia ini, kenapa kita harus mencari "kambing hitam?" kenapa tak coba kita cari apa yang sebenarnya salah atau mungkin kurang pas dalam diri kita? Saya contohkan seperti ini. Ada sebuah warung makan yang sangat mewah dengan segala fasilitasnya yang sangat mewah pula. Menu yang spesial, eskterior yang glamor, keistimewaan yang ditampilkan ini setidaknya menjadi alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa memang warung makan ini "sempurna".
Namun, kesempurnaan ini akan menjadi aneh jika kita menemukan adanya orang-orang yang awalnya sudah menjadi bagian dari Warung Makan yang sempurna ini, tiba-tiba mau keluar dan justru lebih memilih warung makan lain yang dalam pandangan kita kurang baik.Akan muncul banyak pertanyaan memang, ini akan menjadi pekerjaaan yang harus kita (sebagai umat Islam) jawab bersama-sama. Bahwa jika dalam pandangan kita bersama bahwa agama Islam merupakan agama paling sempurna, lantas kenapa masih ada saudara-saudara kita yang dengan sukarela keluar dari agama Islam?
Balik lagi ke warung, jadi kenyang haha mantap. Bukan sperti itu, kalau kita jadi pemilik warung makan yang sempurna tadi, apa yang akan kita lakukan? mencari-cari kesalahan warung lain? mencari kambing hitam? atau mencari jarum ditumpukkan jerami?? ahaha gak nyambung. Seharusnya akan muncul evaluasi, misalnya tentang pengelolaan warung makan, apakah pelayanan kita kurang terhadap pelanggan? Mencari apa yang salah dalam diri kita inilah yang menjadi sangat penting untuk dilakukan. Bukan malah mencari kesalahan-kesalahan pihak lain, tidak lantas mengatakan, "ah warung sana pakai jimat, warung sana pakai guna-guna atau apalah sekiranya kita bisa mengatakan bahwa itu salah mereka."
Jika sikap mencari-cari kesalahan pihak lain ini dibarkan berlarut-larut. Maka bisa jadi ini secara tidak langsung mengkonfirmasi mulai munculnya "sentimen keirian" dari umat Islam terhadap agama lain. Jika kita memang sedang iri, bukankah tanpa sadar kita juga telah menerima dan mengkonfirmasi bahwa mereka yang menjadikan kita iri itu lebih baik dari kita? Bagaimana bisa? why not? hahaha bukankah iri adalah sikap tidak suka melihatb pihak lain memiliki kelebihan? Artinya, dalam sikap iri kita, sebenarnya tertanam sikap mengagumi pihak yang membuat kita iri. Semakin kita iri, semakin kita akui bahwa yang membuat kita iri itu lebih baik dari kita. Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum wr. wb
Sumber : Ahmad Muzakkil Anam.
Puzzle-puzzle Keilmuan. Yogyakarta: Azyan Mitra Media. 2019