TRAVELING

Gunung Andong adalah salah satu gunung yang berada di Jawa Tengah. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1726 Mdpl dan sangat cocok bagi pendaki pemula. Dari Puncak pendaki dapat melihat Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Prau, Ungaran, Telomoyo serta puncak Andong lainnya.

DUNIA PENDIDIKAN

Dari dulu sampai sekarang, bahkan sampai kapanpun, pendidikan sangatlah penting. jangan sia-siakan waktu kita untuk hal yang tidak bermanfaat. Mari memulai dengan membaca buku, membaca informasi, berita dan info-info penting lainnya yang bermanfaat.

KULINER

Horok-horok adalah salah satu makanan khas kota Jepara Jawa Tengah. Teksturnya yang kenyil dan terbuat dari sagu ini sangat cocok sebagai pengganti nasi untuk teman makan bakso, pecel dan lainnya. Harganya sangat murah berkisar seribu rupiah. kita bisa sangat mudah menemukannya di setiap warung bakso yang ada di Jepara. Silahkan mampir dan buktikan rasanya.

ANIME

Siapa yang tidak tahu dengan karakter Son Goku? atau Yugi? Naruto? sudah pasti kita semua tahu. Terutama anak-anak generasi 90-an sudah pasti hapal dengan mereka. Setiap minggu dari pagi sampai siang kita selalu anteng dirumah demi menunggu mereka ini. Tak terasa beberapa tahun berlalu, satu persatu dari mereka mulai menghilang dari pertelevisian kita. Entah kenapa, sekarang kita cuma bisa mengaksesnya via online.

BISNIS

Berbicara soal bisnis memang tak ada habisnya. Ide-ide baru, inovasi selalu bermunculan bersama berkembangnya zaman. Sebagian orang mungkin bingung dari mana memulai, mau usaha apa, dan seterusnya. Kita analisa dulu potensi daerah kita, apa yang dibutuhkan masyarakat, dan kerjakan. Memulai bisnis memang serasa menakutkan. Rasa ragu, tidak percaya dengan produknya dan lain sebagainya. Tapi sebenarnya, lebih menakutkan lagi ketika kita punya planning bisnis tapi tidak pernah kita realisasikan.

Senin, 05 Oktober 2020

"Karyawan yang suka bolos, tapi gaji tak terbatas? Tak Tau Diri!"


 

Assalamu'alaikum wr. wb

Mungkin sudah banyak sekali tulisan-tulisan dari blog-blog lain membahas tentang tema ini, tapi disini saya lebih mengarah pada kacamata / cara pandang saya, tentang apa yang saya kerjakan, tentang kekhilafan saya dan masih banyak tentunya kekurangan-kekurangan lainnnya.

Lapar bukan satu-satunya alasan kita berebut makanan. Adakalanya kita saat kenyang juga masih bisa berebut makanan dengan alasan kita suka/hobi makan. Miskin juga bukan satu-satunya alasan untuk mengemis. Adakalanya seseorang yang mengemis karena sudah menjadi kebiasaan padahal dirinya mempunyai banyak harta.

Kita sebagai manusia yang hidup di bumi ini sudah pasti butuh makan, minum, dan tempat tinggal. Kebutuhan primer tersebut apabila tidak terpenuhi akan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup kita. Kita berusaha sangat keras, belajar dengan mendapat gelar sarjana bahkan profesor juga tidak terlepas untuk bertahan hidup dengan mendapatkan kehidupan yang layak terlebih dalam hal pangan sandang dan papan. 

Lalu, apa yang kita kerjakan, apa yang kita usahakan selama ini sebenarnya untuk siapa? untuk diri kita sendirikah? untuk keluarga? Saya rasa semua jawaban adalah benar.

Kembali pada judul tulisan ini, karyawan yang suka bolos tapi gaji tak terbatas? masak ada yang seperti itu? enak sekali. Tentu saja ada. Tema ini sudah banyak dibahas, kita ini semua adalah karyawan Allah. Allah yang menggaji kita. Apa yang kita kerjakan? Taqwa adalah jawabnya. Seperti yang kita ketahui, menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.

Lantas, dengan apa Allah menggaji kita? Semua yang ada adalah milik Allah. Udara, air, sumber alam lainnya semua milik Allah yang diberikan kepada kita. Alhamdulillah saya punya laptop, punya hp buat nonton yutub juga merupakan gaji dari Allah. Saya punya motor yang bisa saya pakai kuliah, jalan-jalan, nongkrong ke cafe itu juga adalah merupakan gaji dari Allah.

Apakah saya menjalankan tugas sebagaimana karyawan Allah? apakah saya bertaqwa? jawabnya adalah setengah-setengah. Saya menjalankan perintah dan juga megabaikan larangan-Nya. Yaaa beginilah saya dengan banyak kekurangan. Ada hal yang saya takutkan, meskipun sebenernya saya tidak boleh mencemaskannya. Saya takut Allah akan membatasi gaji saya, karena saya adalah karyawan yang buruk, suka bolos. Jika sampai Allah membatasi gaji saya, entah sekacau apa hidup saya tak bisa saya bayangkan.

Saya terkadang mencemaskan apa yang akan terjadi mendatang, saya merasa gelisah, takut. Tapi hal-hal buruk yang pernah saya bayangkan sebelumnya, ternyata tidak terjadi di kemudian hari. Allah selalu memberi lebih dari apa yang saya minta. Allah selalu penuhi dan cukupi kebutuhan hidup saya.

Saya merasa sebagai karyawan yang tidak tahu diri, yang menuntut gaji tinggi bahkan sudah diberi sampai tak terhingga tapi kerja gak bener/ suka bolos. Saya mencoba memperbaiki diri, bagi saya ini bukan hal yang mudah, tentu akan membutuhkan waktu.

Semoga dengan tulisan ini, saya bisa menjadi karyawan yang lebih baik, begitu juga dengan teman-teman semua. Aamiiin... semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Share:

Sabtu, 11 Juli 2020

APA ITU TUJUAN?



Assalamu'alaikum wr. wb

Sudah sangat sering kita jumpai kata "tujuan" entah kita dengar langsung dari orang lain maupun tertulis dari media cetak seperti buku, koran, majalah, bisa juga dari sosial media lainnya. Misalnya dalam buku pelajaran, tujuan pancasila, tujuan pembelajaran, tujuan hidup, tujuan reproduksi, tujuan pemasaran, tujuan diskon, dan tujuan-tujuan lainnya. Terus, tujuan itu apa?

Sedikit cerita, foto diatas adalah foto ketika saya berserta teman-teman saya melakukan pendakian gunung Merapi sekitar Juli 2017. Pada akhirnya perjalanan kami lancar meskipun tentunya ada beberapa tantangan dan rintangan yang berhasil kami lalui. Setelah pendakian, saya post foto saya di story, dan ibu saya turut mengomentari "Ngono iku loh lapo?" (seperti itu tujuannya apa?), Loh kan balik lagi ke tujuan, tujuan itu apa?

Menurut para ahli, tujuan memliki makna sebagai berikut:
1. Tujuan adalah langkah pertama dalam proses mencapaik kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan. (Ken Mcelroy)
2. Tujuan adalah hasil akhir yang dapat diamati dan diukur memiliki satu atau lebih tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang lebih atau kurang tetap. (Business Dictionary)
3. Tujuan adalah kunci untuk menentukan atau merumuskan apa yang akan dikerjakan. (Yayasan Trisakti)

Dari beberapa pendapat diatas, saya mengartikan tujuan dengan sesuatu yang ingin dicapai, sesuatu yang diharapkan, dan sesuatu yang butuh ketuntasan/penyelesaian.

Kembali lagi pada komentar ibu saya, saya menjawab : "Saya ingin sampai puncak, saya ingin tau diatas gunung ada apa, seberapa dekat saya dengan awan, apakah masih terlihat sekelompok burung terbang, atau mungkin adakah sumber mata air mengalir yang diolah dengan teknologi canggih lalu jadilah aqua? cuk malah iklan! Itu yang saya harapkan, itu yang saya ingin capai, dan itu juga yang perlu saya selesaikan.

Saya cukup antusias saat ada dosen yang mengatakan, "Penelitian (artikel, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dll) yang baik adalah penelitian yang selesai. Bahasanya terdengar ringan, namun saya pikir berulang kali kok keren juga nih dosen ngomong seperti itu. Kita sudah sampai pada tujuan, apa yang kamu harapkan? bimbingan dengan dosen dimudahkan. Apa yang kamu inginkan? saya ingin penelitian saya segera selesai. Apa sudah kamu selesaikan? Alhamdulillah sudah. oke deh selamat kamu sudah berhasil sampai tujuan.

Kemudian di suatu pagi, "mau kemana mas?" saya mau ke alun-alun kota Malang pak. apa yang kamu harapkan? perjalanan ke alun-alun tidak macet. apa yang kamu inginkan? sampai di alun-alun dengan selamat. Apa sudah kamu selesaikan? belum pak, saya putar balik karena ada razia polisi di Landungsari, saya tidak pakai helm. Kamu belum sampai ke tujuan.

Jika membahas tentang tujuan jauh lebih dalam, maka mungkin akan muncul pertanyaan-pertanya sebagai berikut : setelah sampai tujuan terus ngapain? apa tujuan adalah hal yang disukai/disenangi? apakah tujuan bisa dibelokkan?apakah ada tujuan yang muncul secara tiba-tiba? mungkin masih banyak lagi pertanyaan lainnya, tapi kali ini kita bahas yang ini dulu.

Setelah sampai tujuan ngapain? kamu pas udah sampai puncak gunung ngapain? kamu pas udah nyelesaian penelitian ngapain? kamu pas udah sampai di alun-alun kota malang ngapain? mempertahankan tujuan? atau gimana itu nanti penjelasannya. Kalau mengacu pada teori yang ada, bahwa ada yang namanya tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, dengan begitu pun tujuan akan terikat dengan waktu. Jadi setelah sampai tujuan, maka akan muncul tujuan lagi, begitu seterusnya. Sampai atas gunung mau foto-foto buat story, habis nyelesaian penelitian mau ujian, setelah sampai alun-alun mau jajan,, misalnya.

Apa tujuan adalah hal yang disukai/disenangi? mungkin secara umum iya, apa yang kamu harapkan, apa yang kamu inginkan, apa yang perlu kamu selesaikan tentunya berkaitan dengan hal-hal yang membuat kamu nyaman, enak, saat kamu melakukannya. Tapi tidak semuanya seperti itu, kamu dan teman-temanmu berencana pergi ke Coban Talun, yang entah mungkin kamu sudah bosan atau tidak suka dengan tempatnya, memutuskan satu tujuan dengan temanmu atas dasar solidaritas, paksaan dan lain sebagainya.

Apakah tujuan dapat dibelokkan? Tentu sangat bisa sekali. Kebanyakan dari kita belum sampai tujuan karena belum menuntaskan/belum menyelesaikannya. Tapi bisa juga tujuan yang berbelok adalah dari apa yang kita inginkan dan kita harapkan telah mengalami perubahan. Hal ini disebabkan pikiran kita sendiri, juga dengan hubungan sosial. Misalnya, kita punya teman janc*k (baca: baik dunia akhirat), kita dari kosan sudah punya tujuan beli martabak, ketemu sama teman di jalan lalu dia ngajak kita nongkrong semaleman di cafe. contoh lain, si Udin sedang deketin Depi, tapi si Depi tidak suka Udin. Maka Depi membelokkan perhatian (nyomblangin) Udin buat si Ayu. Tujuan Udin adalah Depi, yang diharapkan yang diinginkan adalah Depi, tapi Udin belum menuntaskan. Kemudian malah berbelok kepada Ayu atas pembelokkan si Depi.

Apakah ada tujuan yang muncul secara tiba-tiba? kalau dipikir-pikir kok konyol sekali ya, masak gak punya tujuan. masak nunggu tujuan datang dengan sendirinya, kalau ide mah beda lagi bisa-tiba-tiba muncul, lantas kalau tujuan gimana?? tak perlu jauh-jauh dipikirkan, kita juga sering kok mengalaminya. "mau kemana ini kita?, duh aku juga gak tau". "uangnya mau kita belikan apa ya?, bingung gak tau". Lalu tujuan itu munculnya kapan?? pernah gak saat lagi motoran gatau tujuan kemana tiba-tiba yakin banget kita harus kesini deh, kita harus beli ini deh. Hal itu terjadi secara reflek saat kita melihat sesuatu yang menarik, menantang, menggiurkan, dan susah untuk ditolak.


Selain penjelasan diatas, tentunya ada hal yang tidak kalah penting dalam bahasan tujuan, yakni proses. Coba kita pahami, saat kita sampai pada tujuan, apa yang akan kita bicarakan/ceritakan kepada orang lain? apakah tujuannya kah, atau apanya? kebanyakan dari kita pasti akan menceritakan prosesnya, disengaja maupun tanpa disengaja. Mengapa begitu? Misalnya, saya mendaki gunung Merapi, saya ataupun orang lain tentu akan memulainya dengan berapa jam perjalanannya? ada badai gak?? apa yang dibahas? Proses.

Kita menyelesaikan penelitian, lalu saat bertemu teman, apa yang dibahas? eh gimana bimbinganmu? lancar gak? dosen kamu tukang modus gak? Aku loh sampai bela-belain kerumahnya dan lainnya. Apa yang ditanyakan? masih tentang proses. Kamu katanya kemarin ke Malang motoran ya? gimana macet gak? berapa jam? Ujan gak? apa yang dibahas? Proses lagi.

Kemudian terkahir, biar lebih mudah ketidaksampaian kita pada tujuan sebut saja dengan kegagalan. Tujuan kita adalah jadi juara 1, jadi wisudawan terbaik, ingin sampai puncak gunung, dan lain sebagainya. Tapi kita hanya bisa menjadi juara harapan 3, kita hanya sampai pada pos 3 tidak sampai puncak, kita hanya menjadi wisudawan biasa, jangan risaukan itu semua. Bersyukurlah. Karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, kebanyakan orang ingin tau gimana prosesmu, bukan tujuanmu. Bagaimana billgates kaya, bagaimana neil amstrong ke bulan dan masih banyak lagi. Semua adalah tentang proses. Karena dalam sebuah kegagalan atau tujuan yang tidak tertuntaskan pasti ada sebuah pembalajaran untuk kemajuan.

Wassalamu'alaikum wr.wb
Share:

Selasa, 31 Maret 2020

Dalam Hidup Aku Bertanya, Dalam Mati Aku Menjawab


Assalamu'alaikum Wr.Wb

Manusia dalam sudut pandang Islam, diciptakan dalam dua dimensi, yaitu dimensi 'Abdullah dan Khalifatullah. Dimensi 'Abdullah mengehendaki manusia untuk selalu tunduk dan berserah diri sepenuhnya pada Sang Khaliq melalui aturan-aturan hidup yang dibawa oleh Rasul-Nya. Secara sederhana, dimensi ini membicarakan hubungan Khaliq dengan Makhluq (Hablum min Allah). Sedangkan dimensi Khalifah sendiri berkaitan dengan hubungan makhluk dengan makhluk / manusia dengan manusia (Hablum min an-Naas), dimana manusia selaku wakil Allah di Bumi ditugaskan menjaga dan melestarikan bumi.

Pada dasarnya, fase hidup manusia ada empat tahap. Pertama manusia itu mati, kemudian Allah menghidupkannya, setelah itu mematikan lagi, dan akhirnya menghidupkan lagi. Pada fase kedua itulah manusia hidup di dunia ini, kemudian ketika tiba waktunya, ia akan diwafatkan oleh Allah SWT dan berada di alam barzah untuk menunggu hari kebangkitan. Setelah manusia dibangkitkan lagi dari kematian, maka itulah kehidupan yang abadi. Bagi manusia yang semasa hidupnya menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, maka surga adalah tempat ia menjalani kehidupan abadi. Sedangkan manusia yang gagal menjalankan tugas-tugasnya akan menjadi penghuni neraka yang penuh dengan siksaan.

Maksud dihidupkannya manusia di bumi ini adalah sebagai proses mencari kebahagiaan di kehidupan yang abadi kelak. Jdi, dunia ini bukanlah tujuan akhir manusia, melainkan awal dari perjalanan mencari kebaghagiaan yang abadi di kehidupan yang abadi. Allah SWT memebrikan aturan-aturan kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan itu melalui para utusan-utusannya. Peraturan itu sering dikenal dengan syari'at yang selain di dalamnya berisi tentang perintah-perintah, melainkan juga berisi larangan-larangan.

Tentunya tidak ada manusia yang menginginkan kesedihan dan menolak kebahagiaan. Semuanya ingin mendapatkan kebahagiaan baik kebahagiaan dunia yang semu, ataupun kenahagiaan akhirat yang abadi. Oleh sebab itu, setiap manusia akan berlomba-lomba melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi serta meninggalkan larangan-larangan-Nya. Sudah sepatutnya jika manusia berusaha meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi, kita sebagai manusia harus selalu ingat, nahwa manusia hanya bisa berusaha. Akhirnyam hanya Allah SWT lah yang memutuskan.

Kita yang beragama Islam setiap hari selalu sholat lima waktu, selalu puasa di bulan Ramadhan, selalu berzakat dan bersedekah, selalu berbuat baik, dan lain sebagainya. Tapi, apakah dengan amal-amalan itu kita dapat menjamin diri kita masuk ke dalam golongan-golongan orang yang beruntung, atau justru kita akan masuk golongan orang-orang yang hina. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan "Dalam Hidup Aku Bertanya". Bertanya-tanya tentang kualitas ibadah kita, apakah mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang akan memperoleh ridho-Nya yang akhirnya mengantarkan kita untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat atau tidak?

Kemudian dilanjutkan dengan "Dalam Mati Aku Menjawab". Maksudnya ialah pertanyaan kita tentang kualitas ibadah kita di atas hanya akan terjawab ketika kita telah mengakhiri kehidupan kita di dunia ini. Apakah sholat kita mampu mengantarkan kita menjadi mulia di sisi Allah? Apakah puasa kita mampu menjadikan kita istimewa di sisi-Nya? Apakah zakat yang kita keluarkan mampu menjadikan kita suci di hadapanNya? Semua itu bisa terjawab ketika kita telah meninggal dunia.

Jika memang demikian, apakah kita lantas berputus asa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat - terlebih kebahagiaan ukhrowi? Tentu tidak, justru ini seharusnya bisa memotivasi kita untuk semakin taat beribadah. Kita harus - dari hari ke hari semakin meningkatkan ibadah kita. Terlepas dari diterima atau tidaknya ibadah kita, itu bukan lagi menjadi kewenangan kita. Yang pasti adalah Allah SWT tidaklah tidur, Allah SWT Maha Mengetahui segalanya yang tampak atau tidak. Allah SWT mengetahui akan ketulusan kita beribadah jika kita memang benar-benar tulus. Begitupun sebaliknya, Allah SWT pun tahu jika ibadah-ibadah kita tidak murni karena-Nya, melainkan karena yang lainnya.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya, yang baru-baru ini dari virus korona (covid 19)
Semoga segera membaik, Aamiin. #Dirumahaja

Wassalamu'alaikum Wr.Wb


Share:

Senin, 10 Februari 2020

Anak-anak : "Mau Tanya dong kak?"


Assalamu'alaikum wr. wb
Sesuai dengan story wa kemarin, pada tulisan ini saya akan membahas sedikit tentang anak-anak.
Masa anak-anak adalah masa yang sangat menyenangkan, masa dimana seakan permasalahan hidup terbesar adalah PR Matematika dan uang jajan habis gak bisa beli es dong hahaha. Setiap hari setelah jam-jam sekolah umumnya akan dihabiskan dengan bermain bersama teman-teman. Mungkin agak sedikit berbeda anak-anak zaman dulu dengan zaman sekarang.

Kalau dulu belum pada megang hp, mainannya pun masih tradisional pakai peralatan seadanya, kalau punya duit mentok paling main ke rental PS1. Kalau gapunya duit ya minimal bisa ikut nonton temen yang lain main PS, sama-sama serunya kok hihi. Kalau anak-anak sekarang kan sudah beda. Rata-rata anak sd sudah pada minta dibelikan hp. Buat apa? ya buat mabar dong sama teman-teman. Masak iya cuma bengong aja, kasian deh wkwk

Selain itu, masa anak-anak juga masa dimana rasa ingin tahunya sangat tinggi. Mungkin dulu waktu kita kecil. ada beberapa pertanyaan aneh yang kita tanyakan kepada orang tua kita, guru, teman dan orang dewasa lainnya. Smapai-sampai membuat mereka kebingungan menjawabnya. Kalau dipikir pikir, yang sulit adalah bukan serta merta pertanyaannya, akan tetapi jawaban untuk memahamkan si penanya yaitu anak-anak tersebut agar bisa memahami jawaban. Nah loh, lalu gimana ya itu?

Saya masih ingat, dulu waktu kecil pernah menanyakan hal-hal aneh kepada orang dewasa. Saya merasa kecewa, karena respon mereka malah menghiraukan, malah menanyakan balik, "takok opo leh, takok aneh-aneh ae, mboh wis pikirin dewe" hahaha kurang lebih seperti itu. Kemudian 15 tahun telah berlalu, saya mengingat kembali beberapa pertanyaan yang saya ajukan, dan pastinya saya sekarang sudah menemukan jawabannya sambil ngakak ngakak. Nah berikut, ada pertanyaan titipan dari teman-teman waktu kecil mereka, yang dulu mereka belum menemukan jawabannya ahaha saake rak dianggep rek :

1. Apakah orang dewasa lebih baik dari pada anak-anak?
Fenomenanya yang mungkin terjadi waktu kita masih anak-anak adalah pasti ketika ada suatu obrolan dan anak-anak ikut ngomong, padahal obrolan ringan, kebanyakan pasti tidak ada yang menanggapi. Parahnya bahkan ada yang memarahi, katanya tidak sopan. Kemudian ketika anak-anak ingin ikut bermain dengan kakak kelasnya, pasti mereka bilang kamu masih kecil, gak boleh ikut-ikutan main ini main itu.

Kemudian saat dalam permainan sepak bola, ketika ada bola yang kena jendela rumah orang, bola jebur ke kali, pasti yang paling kecil anak-anak disuruh untuk bertanggung jawab meskipun bukan ia pelakunya. Jadi sebetulnya apakah perbedaan baik buruknya anak-anak dan dewasa sejauh itu ya? hahaha jadi beberapa tindakan orang dewasa akan menjadi contoh anak-anak yang melihat. Dengan rasa bangga dan menggap hal tersebut sudah sangat baik dan keren hihi

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mungkin bisa seperti ini, hanya contoh :
Jangan ajarkan kepada anak-anak bahwa "anak-anak" adalah antonim dari "orang dewasa". Jika anak-anak sudah diajarkan hal tersebut, maka mereka akan beranggapan bahwa orang dewasa jauh lebih baik. Sebaiknya bilang saja, orang dewasa hanya berbeda , tidak lebih baik dan tidak lebih buruk. Bahwa mereka orang dewasa juga awalnya anak-anak seperti dirimu sekarang.

Orang dewasa juga bisa saja baik dan buruk, ramah dan jutek atau lainnya. Jadi tidak bisa hanya karena mereka orang dewasa maka anak-anak harus mempercayai, mengikuti dan membenarkannya.

2. Mengapa saya adalah saya?
Meskipun ujaran kalimat tanyanya tidak persis seperti itu, tetapi maksudnya adalah sama. Pertanyaan ini muncul ketika anak-anak pertama kali menghadapi masalah identitas pribadi. Kita menanyakan kepada orang tua, teman, dan orang dewasa lainnya kenapa kita begini, kondisi kita begini dan lainnya. Biasanya sering berhubungan dengan penampilan, kepribadian, dan kebiasaan.
Misalnya dulu waktu anak-anak, maaf, kok kurus terus yaa, sudah banyak makan tapi kok gak bisa gemuk ya. Sudah pakai bedak pakai sabun macem-macem kok masih item ya. Sudah belajar terus tapi kok gampang lupa dan nilai ulangan bisa jeblok ya? Saya kini kenapa ta??

Untuk menjawab pertanyaan, mungkin bisa seperti ini, hanya contoh :
Cobalah untuk menjelaskan bahwa setiap manusia itu unik. Kita mendapatkan fitur wajah dari orang tua kita. Kepribadian kita terbentuk di rumah, di taman kanak-kanak, dan di sekolah. Seseorang juga bisa mengadopsi beberapa kebiasaan mereka dari teman mereka. Jadi, pada dasarnya, segala sesuatu yang kita lihat dan dengarkan akan membekas. Seorang anak harus menyadari bahwa beberapa orang mungkin saja terlihat sama, beberapa memiliki banyak kesamaan, namun tidak ada 2 orang yang benar-benar identik.begitu yaa hihi

3. Mengapa si anu membenci saya? apa salah saya?
Kasus perbullyan memang sudah menjadi budaya pergaulan di masa anak-anak maupun orang dewasa. Entah memanggil teman dengan sebutan orangtuanya, atau mungkin memanggil teman dengan keadaan fisiknya. Ya begitulah, tetapi zaman dulu tidak seekstrim sekarang yang mana lebih mengarah pada kekerasaan.

ketika seorang anak yang dilingkungan rumah selalu diperlakukan baik oleh orang tuanya, kemudian saat bergaul dengan teman-temannya dia dipanggil bodoh, jelek dan lain-lain tentu itu bukan hal yang biasa baginya. Tidak tau salah apa malah dijadikan musuh, dijauhi, bahkan tak ada angin tak ada hujan mau diajak berantem hahaha. Sebenarnya salah saya loh apa ta?

Untuk menjawab hal tersebut, mungkin bisa seperti ini, hanya contoh :
Cobalah menjelaskan  kepada anak-anak bahwa tidak apa-apa jika orang tidak saling menyukai. Wajar saja, sama seperti dia suka es krim vanilla sementara orang lain lebih menyukai es krim cokelat. Anak-anak harus mengerti bahwa jika seseorang tidak menyukai dia, hal itu tidak serta-merta membuat dirinya menjadi orang yang buruk. Bisa jadi cuma sensasi wkwk bercanda.

Kemudian pesan saya, saat kita ditanya oleh anak-anak, seaneh apapun pertanyaannya, tolong jangan abaikan. Mereka lagi dimasanya, memang begitu. Kognitif mereka sedang berkembang, jawab dengan jawaban yang mudah diapahami oleh mereka. Bisa jadi jawaban kita menentukan pribadi mereka di masa depan lohh kayak entuk pencerahan ngono kui wkwk ganjaran lurdd 

uwis yaa hhaha sebetulnya masih ada beberapa pertanyaan lagi titipan dari teman, karena sudah banyak yang ditulis, ya capek dan agak malas juga. Untuk pertanyaan selanjutnya disimpan dulu dan akan dilanjutkan pada pembahasan berikutnya insyaallah nek ora males hahaha harap maklum. Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum wrb. wb

Share:

Rabu, 05 Februari 2020

Proses Malas


Assalamu'alaikum wr.wb

Pada tulisan kali ini, saya hanya ingin bercerita, tidak ada filsafat, dalil, maupun lainnya. Jadi tolong dibaca dengan santai ya, siapkan kopi, rokok, gorengan atau cemilan semacamnya hihi...

Saya adalah seorang mahsiswa di salah satu kampus di kota Malang. Seperti halnya mahasiswa lainnya, keseharian saya tidak pernah luput dari kampus, dosen, dan juga tugas. Sekarang saya sedang berada di zona bahaya wkwk zona sudah tidak ada lagi kuliah di kelas, zona harus mandiri dan zona sabar dalam mengejar "kasih sayang dosen", apalagi kalo bukan zona pertesisan.

Saya punya banyak planning, punya banyak persiapan, punya banyak harapan baik untuk proses perkembangan karya ilmiah saya. Misalnya, besuk harus bangun pagi, lalu jam 7 harus sudah mandi, kemudian janjian sama dosen untuk bimbingan, kemudian pasti ada beberapa perbaikan dan itu wajar, kemudian besuknya bimbingan lagi dan seterusnya sampai tesisnya bisa terselesaikan.

Tetapi, kemarin ada beberapa hal aneh yang tiba-tiba merubah niat saya, planning yang sudah begitu matangnya entah bisikan setan, jin, iblis atau kawan-kawannya saya juga tidak tahu. Saya awali dengan bangun pagi dengan bantuan beberapa alarm, setelah itu keluar kamar kok masih dingin yaa, apa nanti gak masuk angin jika langsung mandi haha. Akhirnya masuk lagi ke kamar, pakai selimut. Terpikirkan lagi, mosok mau tidur lagi? sebenenya cuaca dingin sangat pas untuk ngebo. Yasudah buka hp aja deh, browsing-browsing materi buat tambah-tambah bahan.

Lalu, terpikirkan lagi mosok cuma dikamar aja ta? akhirnya saya keluar kamar. Lalu ngapain ya enaknya? harusnya mandi dan janjian sama dosen. Tapi pikir saya, ngopi dulu deh gapapa sebentar buat ngangetin badan. OK, akhirnya saya bikin kopi. Setelah kopi habis, lalu ngapain ya? mandi woi seharusnya. Tetapi pikir saya, bersihin aquarium dulu deh kasian udah lama enggak dibersihin. Ok, akhirnya saya bersihkan aquarium dan membuuhkan waktu yang lebih lama. Ok, aquarium sudah bersih, tapi kok ruang tamunya agak berdebu ya, sekalian deh disapu bentar, mumpung udah kringetan tadi habis bersihin aquarium. 

Halooo??? kapan mandinya, kapan bimbingannya? setelah semua udah bersih, kok capek ya masih keringetan juga. Jangan langsung mandi, istirahat dulu aja deh nonton tv bentar gapapa. skip aja , dan akhirnya hari itu saya tidak jadi janjian untuk bimbingan dengan dosen, dan saya menyesalinya, serius hihi

Kemudian pertanyaannya : Apa yang saya lakukan tadi itu adalah bentuk rajin ataukah hanya siasat untuk menunda tujuan awal saya mandi pagi?? hahaha saya juga tidak tau, mungkin dua-duanya benar kali ya hahaha. Lalu, kira-kira bagaimana proses yang terjadi dalam otak saya ketika saya memikirkan dan melakukan beberapa hal diatas?? mungkin lebih enaknya saya sebut itu kemalasan diri saya.

Bagaimana terjadinya proses malas?? Bayangkan apa yang saya tulis ini adalah sebuah siklus yang ada ditengah-tengahnya ada seseorang, saya aja deh.

Berangkat dari rasa penyesalan sebelumnya, tentunya saya memikirkan bahwa ada yang kurang, kurang usaha, kurang doa dan masih banyak lagi. Lalu saya punya keinginan untuk memperbaiki, saya niatkan banyak planning, banyak persiapan untuk mendapat hasil yang maksimal.

Kemudian, masuk tahap selanjutnya adalah membayangkan proses. Besuk bangun pagi, mandi jam 7. Janjian sama dosen untuk bimbingan. Nah, kemudian muncul rasa khawatir yang berlebihan. Mandi jam segitu entar masuk angin kali ya, agak siangan dikit aja sementara ngelakuin hal lain aja, kan sama-sama bermanfaat. Iya deh iya deh

Selain itu, bayangan buruk juga muncul dipikiran. Udah mandi pagi-pagi, janjian  dosen ga di bales. disamperin ke kantor gak ada, kan sia-sia dong. Atau bisa jadi, udah mandi pagi-pagi niat baik-baik untuk bimbingan, udah bawa banyak referensi eh judul aja gak diterima, kurangnya dimana coba.

Setealah itu, muncul emosi negatif. Halah ngapain ah, udah usaha keras tapi hasilnya ditolak kan kamret mending tinggal main game saja enak wkwkwk. Kemudian emosi dan logika mulai mempertimbangkan stimulus tersebut, dan yang membuat diri nyaman maka dilakukanlah hal itu. Iya, main game saja deh, lagi pula masih ada waktu kok buat bimbingan di hari yang lain.

Akhirnya, pengambilan keputusan. Ok fix, hari ini gajadi bimbingan deh, besuk aja. Hari ini santai-santai aja dulu, kan dari kemarin udah fokus ngerjain. Jadi gapapa dong kalo cuma sante-sante beberapa hari ini saja.

Hahahaha lalu akihirnya menyesal. Balik lagi deh terus seperti itu. 
Saya sendiri menulis ini juga heran, teorinya tahu tapi prakteknya nol besar. Cuma omong-omong tok.
Tapi gapapa, yang penting tahu dulu dan sedikit demi sedikit mulai berbenah, kalian juga haha aaamiiin...

Semoga segala urusan kita selalu mendapat kemudahan dari Allah SWT 

Wassalamu'alaikum wr.wb


Share:

Senin, 27 Januari 2020

Stres?? Siapa Takut



Assalamu'alaikum wr.wb

Sebagai manusia tentu kita pernah berada pada kondisi entah gimana jelasinnya, bingung. Jiwa yang resah, hati yang gelisah, hati yang disakiti, perasaan marah, iri, dengki, lelah, lunglai seolah tanpa sinar dan energi, begitulah jiwa yang mengalami sesuatu.

Ibarat jiwa adalah sebuah perahu, jika perahu itu terlalu banyak muatan dan bergelombang, akan tenggelamlah ia. Begitu juga jiwa manusia, jika dimuati banyak masalah, dosa, noda, bercak, akan tenggelamlah ia sebagai manusia.

Manusia memanglah makhluk yang penuh keterbatasan. Jadi, sangat terdengar aneh sekarang jika ada seseorang yang mengatakan "saya tau soal ini, saya bisa soal itu". Singkatnya tau semua hal. Mungkin sudah ada disekitar anda, teman anda, atau bahkan mungkin anda sendri hahhaa.

Coba lihat,dalam memenuhi segala kebutuhan, seringkali kita berbenturan dengan kemampuan dan ketidakberdayaan. Untuk itu, ada yang namanya stres yang merupakan bagian dari kehidupan. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita selalu tantangan yang membutuhkan peranan pikiran, tubuh, dan emosi. Masalah-masalah yang kita hadapi merupakan bagian dari hidup dan sudah menjadi hukum alam karena tidak seorang pun dapat lepas dari masalah.

Stres selalu menjadi bayangan hidup. Sebagai mahkluk yang berakal, kekecewaan terhadap harapan-harapan yang tidak menjadi kenyataan, kondisi yang tidak sesuai, lingkungan yang tidak nyaman, sering menjadi sumber stres. Sebagai manusia yang berakal, hendaknya kita bisa mensiasati dan mengambil sikap jika suatu saat kita dilanda stres, seperti saya saat ini hahahaha stres parah wkwkwk.

Kita harus bisa selalu yakin dan optimis bahwa masalah yang kita hadapi pasti akan ada penyelesaiannya, yang tentunya kita tidak hanya berpangku tangan, tetapi kita harus selalu berusaha untuk mencari jalan keluarnya, termasuk juga ketika kita sakit, baik sakit fisik maupun psikis. Kita harus selalu berusaha karena pada dasarnya setiap penyakit itu ada obatnya, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah) yang artinya kurang lebih :

"Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan seizin Allah penyakit itu akan sembuh".

Intine ngene ae gan, stres iku akih penyebabe. Yo akeh tombone, seng penting yakin hahaha

Berdasarkan pendapat Abraham Maslow, apabila manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan mengalami gangguan jiwa atau stres. Maslow mengemukakan penyebab-penyebab stres antara lain :

Pertama, kebutuhan fisiologis. Ini merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap manusia untuk hidup, misalnya makan, minum, istirahat. Orang tidak akan memikirkan kebutuhan lainnya sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi, kecuali arek gendeng seng ora normal haha

Kedua, kebutuhan akan rasa aman. Setiap orang ingin terbebas dari rasa takut dan cemas. Manifestasi dari kebutuhan ini misalnya perlunya tempat tinggal, pekerjaan dan lainnya.

Ketiga, kebutuhan akan rasa kasih sayang. Perasaan memiliki dan dimiliki oleh orang lain atau kelompok masyarakat adalah kebutuhan oleh setiap manusia. Kebutuhan akan terpenuhi jika ada saling perhatian, saling mengunjungi sesama anggota masyarakat adalah sesuatu yang menyuburkan terpenuhinya kebutuhan ini. Nah, makanya saat seseorang putus cinta, jomblo, umumnya dia akan mengalami stres, gelisah, sedih, marah, kecewa dan campur aduk dikarenakan kasih sayang yang ia terima dari seseorang tiba-tiba menghilang duh saake wkwkwk

Keempat, kebutuhan akan harga diri. Setelah kebutuhan ketiga terpenuhi, maka pada tahap selanjutnya ada kebutuhan akan harga diri. Pada tingkat ini orang ingin dihargai dirinya sebagai manusia, sebagai warga negara dan sebagai apapun itu.

Kelima, kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow menempatkan kebutuhan ini dibagian akhir karena dianggap sebagai kebutuhan yang paling tinggi. Pada tingkat ini manusia ingin berbuat sesuatu yang merupakan keiinginan dari dalam dirinya. Dia ingin menuntut penghargaan orang lain atas apa yang diperbuatnya. Sesuatu yang dikejar dalam tahap ini adalah keindahan, kesempurnaan, keadilan dan kebermaknaan.

Sudah jelas ta, kita sekarang tahu dimana posisi kita dalam tingkat penyebab kesetresan haha. Kemudian, saran saja jika kita stres jangan lakukan hal yang bodoh dan merugikan. Tahu lah, sekarang banyak orang-orang nekat, gak pikir panjang. Kita sebagai orang beriman, sebagai orang yang bermoral, janganlah sampai melakukan hal-hal tersebut. Stres itu biasa, belajarlah dari kesetresanmu tuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Wassalamu'alaikum wr. wb
Share:

Rabu, 15 Januari 2020

Sebut Diriku : "PECUNDANG"

 



Assalamu'alaikum Wr.Wb
Terkadang salah satu motivasi kita dalam hidup ini adalah untuk mengalahkan seseorang, dalam prestasi, pencapaian, pertandingan, kompetisi, persaingan, dan lain-lain. Sifat manusia yang selalu ingin menjadi bahan perhatian mendorong kita untuk selalu menjadi yang terbaik dan yang pertama. Pujian seolah-olah sudah menjadi alasan utama untuk mengalahkan orang lain.

Ada pepatah mengatakan : "Musuh terbesarmu bukanlah yang terkuat, bukanlah yang paling pintar, bukan yang mampu mengalahkan ratusan orang, tetapi musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri”.

Benar, saya turut mengiyakan. Esensi mengalahkan itu bukanlah seberapa hebat dan kuatnya kita di mata orang lain, atau apakah kita bisa mengalahkan seseorang atau tidak, tapi apakah kita mampu mengalahkan diri sendiri. Kadang mengalahkan diri sendiri itu jauh lebih sulit daripada mengalahkan seorang lawan dan musuh.

Tentunya banyak hal bisa dilakukan untuk mengalahkan diri sendiri, setiap orang punya caranya masing-masing. Secara umum bisa kita katakan mengalahkan diri sendiri adalah cara kita menekan, menghindari, melawan sifat-sifat buruk yang ada pada diri kita. Misalnya malas, ego, penakut, mudah emosi dan lain sebagainya. Mudah mengatakan, tapi sulit melakukan. Ya memang begitulah, sama halnya ketika saya menulis tentang hal ini. Saya masih seorang pecundang.

Berdasarkan dari pengalaman, kita selalu kalah melawan diri kita sendiri dikarenakan seringkali kita memberikan maklum dan pemaafan yang tidak seharusnya. Seperti contoh, saat kita menganggap biasa yang seharusnya tidak dilakukan, maka terus menerus kita akan merasa bahwa melakukan hal tersebut bukanlah suatu kesalahan. Sampai paragraf ini, saya masih seorang pecundang.

Mungkin beberapa hal dibawah ini yang sering kita rasakan dan sulit sekali untuk kita hindari :
1. Mudah tersinggung
Tentunya kita sebagai manusia memiliki ego dengan kadar ego yang berbeda-beda. Semakin kita menjungjung tinggi ego pribadi, maka semakin mudah kita akan tersinggung. Bukan berarti kita membiarkan atau merasa tidak keberatan jika orang lain bersikap tidak baik kepada kita, akan tetapi jangan biarkan sikap orang lain menentukan reaksi dan tindakan kita.

Misalnya yang sering, hilihhh.. banyak gaya ah, sok alim, sok pinter, banyak teori gak ada praktek. Banyak kata-kata bijak tapi gak bisa nglakuin. Munafik ah.. ngomong doang si gampang. yaa begitulah, tentu masih banyak contoh-contoh lain. Pada tahap ini, saya masih seorang pecundang wkwkwk

2. Hidup seolah hanya tentang menang dan kalah
Sebagian orang mungkin memandang hidup sebagai menang dan kalah. Saat menang kita berjaya, seenaknya, gembira tiada tara. Saat kalah kita merasa seperti pecundangnya pecundang, gundah gulana, gak nafsu makan akhirnya mati wkwkwk.

Bagi orang-orang tersebut, tak ada kata mengalah karena mengalah sama saja dengan mengaku kalah. Entah itu dalam berbicara, menyampaikan pendapat dan lain sebagainya. Jangan terbiasa memaksakan orang lain melakukan ide kita. Begitu juga kita tentu juga merasa keberatan jika dipaksa untuk melakukan ide orang lain. Saling paksa memaksa seperti itu, tentunya hanya akan merasa diri kita dengan ide kita tersebut adalah lebih baik dan benar dari pada ide orang lain. Mengupayakan kebersamaan tentunya lebih baik sehingga tidak akan muncul ke-akuan.

3. Belajar untuk mendengar
Alhamdulillah.. sampai sekarang telinga kita masih berfungsi dengan baik dan normal kan? maka dari itu, coba belajar untuk mendengar. Jangan cuma ingin didengar tapi tak mau mendengar. Tumann ! hahaha..  Jangan merasa menjadi yang paling penting dan harus selalu diperhatikan, hidup harus seimbang, ada hak tentu juga ada kewajiban. Kedengarannya mudah, tapi sulit dipraktikkan. Saya juga.

4. Bukan apa yang kita dapat, tapi apa yang kita berikan
Hampir senada dengan poin nomor 3, jangan ingin selalu diberi, meminta, menuntut. Coba juga lihat, apa yang sudah kita berikan. Mungkin sebagian orang pernah, waktu sd jika dapat ranking 1 nanti akan dibelikan hadiah sama orang tua. Sama-sama enak kan, anak memberi ranking 1 dan perasaan bangga kepada orang tua. Begitupun orang tua memberikan hadiah dan perasaan senang kepada anaknya.

Kita sering merasa kekurangan, kita menginginkan ini itu, ingin diperhatikan, ingin didengarkan. Itu saat kita butuh. Sebaliknya, saat kita memiliki banyak hal juga tidak pernah mau berbagi dan memberi karena kita merasa itu adalah hak kita. Sering terjadi. Dan dari sinilah sering muncul konflik. Jika sudah begini sebaiknya lebih banyak berdoa, supaya jika ada yang rusak dalam diri kita Tuhan bisa menunjukan dan memperbaikinya. Aamiin...

5. Mengalahkan diri sendiri dari pada mengalahkan orang lain
Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, yang memiliki kehidupan perekonomian lebih baik, dan sebagainya, tentu sah-sah saja. Tetapi, dari mana kita bisa menilai bahwa diri kita sudah lebih baik dari sebelumnya? Kalau patokan kita masih hanya orang lain, kalau kita ingin lebih sukses hanya agar bisa menunjukkan kalau kita lebih baik dari seseorang, misalnya, maka itu bisa bahaya karena motivasi kita hanya ego. Boleh saja kita termotivasi dengan perjuangan dan sikap atau kesuksesan orang lain, tapi bukan untuk membanggakan diri di depan mereka.

Lebih baik, motivasi kita adalah untuk ”mengalahkan” diri sendiri atau untuk mengeluarkan potensi terbaik yang Tuhan sudah taruh dalam diri kita.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb





Share:

TERJEMAHKAN BLOG INI

PENGUNJUNG SAAT INI